Teori Emanasi Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof muslim yang terkenal dan terkenal pada abad ke 12 Masehi. Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd.
Ia dilahirkan di kota Cordoba di Andalusia (Spanyol) pada tahun 1126. Ibnu Rusyd berasal dari keluarga bangsawan dan terpelajar, sehingga ia dikenal sebagai orang yang tertarik pada bidang ilmu pengetahuan.
Ibnu Rusyd pertama kali mengenyam pendidikan di kampung halamannya. Dalam proses pembelajarannya, Ibnu Rusyd mempelajari tafsir, hadis, fiqh, teologi, sastra Arab, matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat dan kedokteran.
Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1159, Ibnu Rusyd dipanggil oleh gubernur Seville untuk membantu reformasi pendidikan di sana. Ibnu Rusyd sangat ahli dalam bidang hukum dan merupakan satu-satunya ahli khilafiyah pada masanya.
Dalam bukunya Bidayah al-Mujtahid (ditulis tahun 1168), Ibnu Rusyd menjelaskan sebab-sebab perbedaan pendapat dalam hukum (fiqh) dan sebab-sebabnya masing-masing. Karya ini merupakan karya terbaik di bidangnya.
Satu hal yang menonjol dari pandangan Ibnu Rusyd lainnya adalah penjelasannya tentang hubungan agama dan filsafat dengan menggunakan teori emanasi Ibnu Rusyd.
Teori emanasi merupakan salah satu teori utama para filosof muslim yang digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan berbagai fenomena penciptaan alam.
Teori ini ingin menjelaskan fenomena ketuhanan tanpa harus mempertanyakan keesaan Tuhan. Bagi para filosof Islam, yang “Satu” hanya ada satu, sedangkan yang lain merupakan hal yang majemuk.
Filsuf yang menggunakan teori emanasi untuk menjelaskan hubungan agama dan filsafat adalah Ibnu Rusyd. Nah, bagaimana cara menganalisis agama dan filsafat dengan menggunakan teori emanasi Ibnu Rusyd, berikut ulasan lengkapnya.
Teori Emanasi Ibn Rusyd
Ibnu Rusyd menggunakan teori emanasi sebagai landasan usahanya memahami hubungan antara alam dan Tuhan.
Teori emanasi Ibn Rusyd berasal dari pemahaman bahwa salah satu sifat fundamental Tuhan adalah kesempurnaan dan keesaan-Nya. Tuhan Yang Esa ini memancar dari alam semesta karena kesempurnaan-Nya.
Kesempurnaan dan kesatuan Tuhan harus dilihat dari sudut pandang tindakan kekal-Nya. Sebab jika hal ini tidak dipahami, ada saatnya Tuhan harus mengatur suatu zaman tertentu sebelum Dia memutuskan untuk menciptakan alam semesta ini.
Mengenai Keesaan Tuhan, Ibnu Rusyd memahami bahwa apa yang terdapat dalam Tuhan Yang Maha Esa tidak harus satu, tetapi juga lebih dari satu.
Adapun perihal yang untuk mendukung pendapat tersebut, Ibnu Rusyd mengungkapkan perbedaan mendasar antara Tuhan dan manusia dalam melakukan tindakan atau aktivitas.
Ibnu Rusyd mengatakan sebenarnya ada perbedaan antara Pencipta Pertama (Tuhan) dan Pencipta yang nyata (manusia). Dimana dalam proses penciptaan alam semesta ini tercurah dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan tidak menganugerahkan hanya satu hal, namun banyak kelebihan yang terjadi sebagai dampak ganda dari tindakan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Ibnu Rusyd, perbuatan ketuhanan seperti itu harus dibedakan dengan perbuatan manusia. Orang hanya dapat melakukan satu tindakan dengan satu efek tindakan yang dipicunya. Namun, Tuhan dapat menimbulkan berbagai akibat dari tindakannya dengan satu tindakan.
Oleh karena itu, Ibnu Rusyd pada akhirnya menolak pemahaman para pemikir teori emanasi pada umumnya yang menyatakan bahwa hanya ada satu yang mengalir dari Yang Satu, Esa hanya menghadirkan satu.
Ibnu Rusyd sekali lagi dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan dalam keniscayaan-Nya menyebabkan segala sesuatunya terjadi secara direct, tanpa ada perantara selain-Nya.
Dalam bukunya Tahafut-al-Tahafut, Ibnu Rusyd menunjukkan bahwa Sang Pencipta Yang Maha Esa menciptakan alam semesta yang memuat beragam realitas individu.
Hubungan antara agama dan filsafat menurut Ibn Rusyd
Ibnu Rusyd berusaha mendamaikan agama dan filsafat dengan membela keduanya. Di sini, Ibnu Rusyd memusatkan perhatian pada dua persoalan pokok.
Pertama, pandangan hukum syariat yang mempelajari logika dan filsafat, dan kedua, cara memahami Al-Qur'an sebagai sumber dasar syariat.
Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, Ibnu Rusyd menelusuri ayat-ayat Al-Qur'an mengenai hukum mempelajari logika dan filsafat.
Ibnu Rusyd menemukan bukti beberapa ayat yang menyerukan penggunaan akal untuk mengkaji realitas material dan non material secara rasional dan argumentatif sebagai representasi ciptaan Tuhan.
Berdasarkan temuan tersebut, Ibnu Rusyd menyimpulkan bahwa Syariah mendorong manusia untuk mempelajari filsafat dan mencoba menggunakannya dalam studi tentang realitas.
Hal ini dianggap sesuai dengan argumentasi filosofisnya yang didasarkan pada kenyataan alam yang sebenarnya versus kenyataan alam yang tidak nyata.
0 Response to "Teori Emanasi Ibnu Rusyd"
Post a Comment