Kumpulan Puisi Harian Kang Thohir bagian 22


Pada dasarnya, segumpalan rasa yang ada di hati dan pikiran seorang manusialah yang selalu dituangkan oleh seorang penulis maupun penyair ketika menulis serta membaca bait perbait karya-karya sastranya. Sekiranya ini yang dapat kita lihat pada apa yang dilakukan oleh seorang yang bernama Kang Thohir. 


1. ADAKAH HATI NURANI UNTUKKU
Karya : Kang Thohir

Sulit dicerna oleh akal ini
Menjejaki langkah kaki
Ada-ada saja hati tersakiti
Membuat aku tak berdaya begini

Dia bersenang-senang
Aku meriang
Entah sampai kapan aku terus begini
Aku pun ingin bebas berlari

Adakah hati nurani untukku
Ataukah kau diam-diam membunuhku
Aku bagai wadalnya untuk dikorbankan
Dan aku seakan dihina-hinakan

Jika kamu seperti itu
Aku lebih baik tak bersamamu
Dan aku akan pergi
Bersama bintang-bintang yang berseri

Brebes, 22 Agustus 2024

2. TAK BISA DIMENGERTI
Karya : Kang Thohir

Perjalanan kian terhambat oleh waktu
Menunggu yang tak pasti bertemu
Entah itu ada asa yang menyapaku
Atau akan berlari dari kejaran itu 

Hem, sulit aku mencerna
Sehingga aku dibuainya
Menapaki relelungan hati
Tersirat oleh makna tak bisa dimengerti

Brebes, 22 Agustus 2024

3. TERINGAT SAKIT HATI
Karya : Kang Thohir

Bingung berhasrat cinta mengetuk kalbu
Lepas semua harapan dan kendali
Adakalanya ingin menjelma rindu
Namun masih teringat sakit hati

Adakah perairan cinta dan rasa itu?
Mungkin sudah mengering dikecap kemarau
Di balik semua mata air tak bisa mengaliri
Dari kering kerontang dahaga ini

Brebes, 22 Agustus 2024

4.
ARUNIKA DAN SWASTAMITA BERCUMBU WAKTU
Karya : Kang Thohir

Inikah yang dinamakan kasmaran? Entahlah, aku ingin menikmati untaian kata-kata yang indah laksana mutiara yang berkilau. Apakah ini yang dinamakan sajak rindu? Pada renjana berbalut asmaraloka menyejukkan maknawi ke dalam asmarani. Laksana melihat arunika dan swastamita bercumbu waktu.

Brebes, 15 Agustus 2024

5. MEMAKAN KENYANG YANG MENOHOK
Karya : Kang Thohir

Ketika dipanggil-panggil tidak menengok
Sebenarnya aku ini kecewa berat
Memakan kenyang yang menohok
Membuat aku seperti orang jahat

Memang dari sudut kata adalah salah
Namun aku ingin memberi ia bukti
Bahwa kesalahan ia sangat parah
Atau mungkin aku terlalu tersakiti

Entah, mengapa rasa itu terus menghampiri
Laksana air mengalir dalam tubuh
Tak berbelok menuai candu
Hakikatnya penawar rindu

Apakah aku harus meninggalkannya
Menikmati masa lajangnya
Menatap asa berkembang haluan
Namun tak bisa dipantau deringnya harapan

Pencapaian seharusnya mencapai tujuan
Harsa pahit menerkam jiwa
Hingga aku tak berdaya
Selembut apapun air itu tak bisa menembus
Seakan-akan mati terbius

Lunglai atma ini
Berlumuran darah
Tak bisa mengatasi
Dari detik-detik terakhir

Sulit dibayangkan
Lupa akan arahnya
Jalur pun rusak dialihkan dusta
Hingga tergantung di dinding nestapa

Brebes, 23 Agustus 2024

6. BERKEMBANG MENJADI HIKMAH
Karya : Kang Thohir

Sebuah cerita pasti adanya kejadian
Lepas sudah kebiasaan dan kendali
Seperti memberi pada keniscayaan
Bahwa bangkit dari keterpurukan adalah mulia hati

Ya, meski itu kadang susah
Menjelma arti pasrah
Biarkan saja dia berlalu dan berkembang menjadi hikmah
Menutupi dan menapaki hati dengan tabah

Brebes, 24 Agustus 2024

7.
HEM!
Karya : Kang Thohir

Biarkan sakit gigi ini
Menjadi bukti untuk harapan yang tak pasti
Seperti aku meminang cintamu
Namun kau tak beri jawaban itu
Ternyata ungkapanku tak pernah kau hargai
Malah kau anggap aku sebuah leluconan tak bisa dimengerti
Ah, entahlah, aku pun bingung dengan semua ini
Apakah aku harus berhenti? Ataukah harus berintrospeksi diri? 
Hem!

Brebes, 23 Agustus 2024

8.
MELATIH KEDISIPLINAN CINTA INI
Karya : Kang Thohir

Ada sebuah cerita yang tak pernah aku ungkapkan
Namun aku sisipkan di buka diary
Pertanyaan semua terlontar di bibir manismu
Adakalanya menjadikan aku bingung dikemudian hari
Bahwa segala usaha itu bukanlah arti sanjung
Melainkan untuk melatih kedisiplinan cinta ini

Brebes, 23 Agustus 2024

9.
MUNGKIN HARSA AKAN BERSATU
Karya : Kang Thohir

Tak pernah berubah karena ada yang menghalanginya
Seperti udara cinta terhalang oleh dinding pembatas tali rasa itu
Terhempaslah rasa itu berkecamuk di antara kebimbangan dan keresahan yang kian melanda
Mungkin harsa akan bersatu
Atau daksa yang menentukannya

Brebes, 23 Agustus 2024




Bionarasi Penulis :

Muhammad Thohir/Tahir (Mas Tair) yang dikenal dengan nama pena Kang Thohir, kelahiran Brebes, Jawa Tengah. Dari dusun/desa Kupu, kecamatan Wanasari. Dari anak seorang petani dan tinggal dari kehidupan sehari-hari bertani, berkebun, menanam bawang merah, padi, kacang, pare, cabai dan sayur-sayuran di ladang sawahnya.

Kini, aku sedang menggeluti dunia tulis menulis atau literasi, khususnya sastra Indonesia. Suka menulis sejak duduk di bangku kelas empat SD dan sampai masuk ke Pondok Pesantren. Aku masih tetap aktif menulis dan semakin semangat 'tuk menulis baik puisi maupun cerpen dan lain sebagainya yang aku tulis. Selain menulis aku juga suka membaca buku agar bisa bermanfaat untuk menambah wawasan (pengetahuan).

0 Response to "Kumpulan Puisi Harian Kang Thohir bagian 22"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel