Menelisik Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail



Binorasi seorang Ibnu Thufail

Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail Al-Qisy atau dikenal juga dengan nama Ibnu Tufail Ibnu Thufail (sesuai nama kakeknya) lahir pada tahun 506 M atau 1110 M pada masa pemerintahan Abu di Guadix (Wadi Asy), Spanyol, dekat Granada. Anda. Ia juga dikenal sebagai Abubacer di kalangan orang Barat.

Ibnu Thufail belajar kedokteran dan filsafat di Seville dan Cordoba. Ia pun menimba ilmu dengan berguru pada ilmuwan besar bernama Ibnu Bajjah yang menguasai berbagai keterampilan di masa dewasanya.

Di bawah bimbingan Ibnu Baja, Ibnu Thufail tumbuh menjadi seorang ilmuwan besar. Ia menjadi seorang penulis, filsuf, novelis, ahli agama, dan dokter. Antara lain, ia menguasai pendidikan dan hukum serta menjadi terkenal sebagai filsuf Muslim dan negarawan terpenting kedua di Barat (setelah Ibnu Baja).

Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail

Pendalaman filsafat Ibnu Thufail sangat didorong oleh Khalifah Abu Yaqob yang memintanya menguraikan karya-karya Aristoteles. 

Secara garis besar, pemikiran filosofis Ibnu Thufail merupakan perpaduan antara akal dan tasawuf, terlihat jelas dalam bukunya yang luar biasa berjudul Hay ibn Yaqzan. Karya ini merupakan novel fiktif filosofis yang memuat intisari pemikiran filosofis Ibnu Thufail dan telah diterjemahkan ke banyak bahasa.

Berbekal perspektif filosofis Sunnah Nabi Muhammad SAW, Ibnu Thufail memberikan paradigma mistik dalam berpikir di dunia Timur. Dilihat dari ulasannya, ia mengatakan bahwa hakikat pemikiran filsafat yang dibangun dalam kerangka konfrontatif sebenarnya adalah dapat melibatkan bagian-bagian yang mendalam dan saling dialektis. 

Berdasarkan upaya untuk menetapkan sifat subjektif filsafat dan agama sebagai warna esensial pemikiran di dunia Islam, Ibnu Thufail menerangi hikayat filosofis Hay ibn Yakjan, sebagai sebuah kisah tentang peran dan usaha ( ikhtiar) manusia dalam menetapkan titik-titik rasionalitas dalam perkembangan berpikir. Meski secara realitas, Ibnu Thufail menggambarkan kehidupan manusia sebagai pribadi yang telah memiliki pikiran bawaan. Seperti yang diperkuat dengan pandangan yang dikembangkan oleh Plato.

Secara terperinci Ibnu Thufail membagi pemikiran filsafatnya menjadi 3 bagian yakni, 

Pertama, bahwa akal manusia merupakan potensi terbesar yang dimiliki manusia. Alasan tersebut, menurut Ibnu Thufail, dapat menunjukkan dan menuntun seseorang pada kebenaran mutlak tentang Sang Pencipta (Tuhan).

Kedua, Ibnu Thufail berpendapat bahwa kebangkitan hanya akan dialami oleh jiwa manusia. Artinya Ibnu Thufail mengingkari adanya kebangkitan jasmani/tubuh manusia.

Dan yang ketiga, Ibnu Thufail berpendapat bahwa dunia mempunyai permulaan (qadim), artinya keberadaan alam tidak bermula dari ketiadaan.

Pemikiran Ibnu Thufail tentang Epistemologi dan Jiwa

Dalam pemikiran epistemologisnya, Ibnu Thufail menjelaskan bahwa pengalaman dapat dilihat dari pengetahuan indrawi. Maka anggapan jiwa adalah makhluk yang bermartabat tinggi.

Pandangan Ibnu Thufail tentang manusia dalam karyanya Hayy Ibn Yaqzhan

Ibnu Thufail merupakan salah satu dari sekian banyak pemikir yang mempunyai pandangan tentang manusia. Pandangannya terhadap manusia tersirat dalam karyanya, Hayy bin Yaqdzan. Ibu Thufail berpandangan bahwa manusia adalah makhluk yang cerdas atau rasional.

Nah, pada masa keemasan Islam banyak sekali lahir pemikir-pemikir besar di dunia Islam, salah satunya adalah Ibnu Thufail. Dia adalah salah satu pemikir Islam terbesar di Abad Pertengahan. Pemikirannya terletak pada karyanya yaitu cerita fiksi Hayy Ibnu Yaqzhan. Dalam cerita ini beliau mengemukakan pandangan filosofisnya tentang alam semesta, Tuhan, agama, moral, manusia dan akhlaknya, budaya masyarakat formal serta adanya keselarasan antara agama dan filsafat.

Ia juga mencoba menjelaskan tentang kemampuan manusia untuk hidup sendiri dan mandiri, tanpa bantuan bahasa, agama, budaya dan tradisi yang mewarnainya, artinya semua hal tersebut di atas tidak selalu sepenuhnya mempengaruhi perkembangan pikiran manusia.

Dalam novel Hayy bin Yaqzhan, Ibnu Thufail juga mencoba membuktikan kebenaran tesis kesatuan hikmah rasional dan mistik melalui cerita fiksi, bahwa manusia dengan segala kelemahannya dapat berkomunikasi dengan Tuhan dengan kekuatan akalnya (filsafat). atau dengan kekuatan hati mereka (tasawuf).

Fakta tersebut tidak mengherankan, karena semasa hidupnya Ibnu Thufail dikenal sebagai sosok yang berjasa besar dalam bidang filsafat Islam, khususnya dalam upaya mendamaikan agama dan filsafat. Melalui usahanya, lahirlah sebuah karya besar, Risalah Hayy Ibnu Yaqzan yang telah dijelaskan secara singkat di atas.

Hayy Ibnu Yaqzan bukan hanya karya Ibnu Thufail yang lahir dari usahanya mendamaikan agama dan filsafat, melainkan merupakan karya besar Ibnu Thufail dalam bidang filsafat Islam, yang ruang lingkupnya meliputi berbagai aspek atau tema besar dalam dunia filsafat, seperti ontologi, epistemologi, aksiologi, manusia dan politik.

Demikian pemikiran atau gagasan filsafat dari seorang filsuf islam yang bernama Ibnu Thufail. Dimana pemikirannya lebih bersandar pada rasionalitas, namun berwarna serupa dengan filsafat IsIam yang cenderung bersifat mistik. Akan tetapi tidak mengurangi esensi atau nilai yang ingin dicapainya. 

Thanks

0 Response to "Menelisik Pemikiran Filsafat Ibnu Thufail"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel