Apa Esensi Kajian Filsafat Strukturalisme?


Pengertian dan History
Singkat Strukturalisme 

Strukturalisme berkembang di Eropa tepatnya di Perancis pada awal 1900-an, dimana menitikberatkan pembahasannya di bidang linguistik struktural dari Ferdinand de Saussure (1857-1913 M), hingga kemudian berkembang di sekolah linguistik Praha, Moskow, dan Kopenhagen.

Dimana strukturalisme adalah aliran filsafat yang berusaha memahami masalah-masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Metodologi struktural digunakan untuk membahas manusia, sejarah, budaya, dan hubungan antara budaya dan alam.

Untuk mempelajari lebih jauh tentang ststrukturalisme. Maka ada baiknya kita mendalami gagasan Ferdinand de Saussure yang oleh banyak orang dianggap sebagai bapak strukturalisme, meskipun ia bukan yang pertama. Namun banyak hal yang menunjuk Saussure sebagai bapak strukturalisme.

Ferdinand de Saussure adalah orang yang pertama kali secara sistematis mengusulkan metode analisis bahasa yang juga dapat digunakan untuk menganalisis tanda atau sistem tanda dalam kehidupan masyarakat, dengan menggunakan analisis struktural.

Dan orang pertama yang mengemukakan bahwa linguistik adalah ilmu yang mandiri karena materi yang dipelajari, yakni bahasa yang bersifat otonom atau bahasa adalah sistem simbol yang paling lengkap dibandingkan lainnya. 

Pendekatan-pendekatan dari 
para Tokoh Strukturalisme

Faktanya, strukturalisme adalah pendekatan analitis yang dikembangkan oleh banyak ahli semiotika berdasarkan model bahasa de Suassure. Menurut de Suassure, para strukturalis bertujuan untuk menggambarkan keseluruhan organisasi sistem simbolik sebagai "bahasa".

Lanjutkan apa yang dilakukan Levi-Strauss dan mitos, aturan hubungan, dan pemujaan totem. Lacan menggunakan alam bawah sadar, Barthes dan Gremis menggunakan "tata bahasa" dalam narasinya. Karakter-karakter ini ada untuk mencari "struktur tersembunyi" yang terletak di bawah "permukaan yang terlihat" dari fenomena.

Ini menandakan transformasi semiotika sosial kontemporer di bawah konsentrasi studi strukturalis yang menemukan hubungan internal bagian-bagian di antara yang terkandungterkandung dalam suatu sistem. Terutama dengan mengeksplorasi penggunaan simbol dalam situasi tertentu.

Apalagi, pada akhirnya akan datang suatu hari ketika teori semiotik modern digabungkan dengan pendekatan Marxis yang diwarnai dengan disiplin ideologis. Juga dalam teori, strukturalisme menyatakan bahwa semua organisasi manusia secara luas ditentukan oleh struktur sosial atau psikologis yang memiliki logika independen yang menarik karena berkaitan dengan niat, keinginan, dan tujuan manusia.

Terutama dari sudut pandang Sigmund Freud, penelitian strukturnya berorientasi pada jiwa (mind), dan dari sudut pandang Karl Marx, strukturnya adalah ilmu ekonomi. Terakhir, di mata Ferdinand de Saussure, seorang linguis yang menganggap bahasa sebagai struktur. Semua ini menunjukkan bahwa struktur mendahului agen manusia atau agen manusia individu dan menentukan perilaku manusia dalam segala situasi.

Tujuan awal dan Tujuan Akhir 
Strukturalisme

Melanjutkan uraian terkait kelahiran dan fungsi metode strukturalisme, maka menurut 
(Sutrisno & Putranto, 2005). Strukturalisme tidak lain ialah bertujuan untuk mencari secara dangkal struktur terdalam dari berbagai realitas secara ilmiah 

Dan berkaitan dengan tujuan akhir, maka dapat diasumsikan bahwa tujuan strukturalisme adalah untuk mencari secara ilmiah (objektif, ketat, jarak jauh) struktur terdalam dari realitas yang tampaknya kacau dan dapat diubah. Secara mendalam, kita dapat menyederhanakan tujuan ini menjadi:

Menurut strukturalisme, ketidakteraturan itu hanya dangkal, tetapi ada mekanisme yang kurang lebih konstan di baliknya. Di mana mekanismenya tidak hanya konstan, tetapi terpola, terpola dan terorganisir, ada blok-blok elemen yang dirangkai untuk menjelaskan apa yang ada di permukaan.

Oleh karena itu, peneliti menganggapnya objektif, yaitu dapat menjauhkan diri dari kebenaran dalam penelitiannya. Metode yang digunakan juga bergantung pada sifat bahasanya, yang digunakan hanya untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang tepat untuk menyampaikan informasi. Misalnya, dalam bahasa selalu ada unsur-unsur mikroskopis yang menandainya, salah satunya adalah bunyi atau cara pengucapannya.

Dengan demikian, strukturalisme dianggap melampaui humanisme karena cenderung merendahkan, mengabaikan, atau bahkan mengingkari peran subjektivitas yang dipegang teguh oleh eksistensialisme. Lebih daripada itu strukturalisme lahir sebagai metode membaca makna-makna yang tersembunyi pada objek-objek lain selain bahasa. 



0 Response to "Apa Esensi Kajian Filsafat Strukturalisme? "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel