6 Filsuf Utama Aliran Filsafat Rasionalisme Modern


Sejarah dan Pengertian Rasionalisme

Rasionalisme adalah aliran yang banyak menekankan pada rasio, dan di dalam rasio terdapat gagasan yang dapat membantu ilmu pengetahuan tanpa berfokus pada kenyataan di luar rasio. Aliran rasionalisme ini memandang akal atau rasionalitas sebagai sumber dan landasan segala pemahaman dan pengetahuan, dan akallah yang memegang kepemimpinan dalam segala bentuk pemahaman.

Jika merujuk pada sejarah filsafat, maka dapat dikatakan bahwa gagasan-gagasan rasionalis sudah muncul dalam tulisan-tulisan sejak zaman Plato. Ide pembangunannya adalah bahwa pengetahuan berasal dari akal, bukan dari indera. Dimana Rasionalisme pada era klasik dikembangkan melalui pengetahuan matematika dan geometri. Artinya ilmu lain hanyalah ilmu tambahan.

Kemudian aliran atau pemahaman rasionalisme dimulai kembali pada abad ke-15. Itu terjadi pada saat otoritas tradisional Gereja Katolik sedang merosot akibat terus-menerusnya pertempuran dan pemberontakan yang pada akhirnya tidak mengarah pada revolusi. Rasionalitas iman yang dibela Gereja Katolik memunculkan rasionalisme. Para pemikir rasionalis ini berasal dari para pemimpin gereja. Penggagas pertama adalah Lorenzo Vara, sekretaris raja Kerajaan Napoli di Italia.

Nah, lebih jauh artikel ini sebenarnya membahas tentang rasionalisme, dan rasionalisme dari sudut pandang sejarah. Menurut Barat, pemikiran filsafat modern terbagi menjadi tiga periode, yaitu zaman kuno, abad pertengahan, dan zaman modern. Dimana pendiri rasionalisme yang pertama adalah Heraclitus, yang percaya bahwa akal lebih unggul daripada panca indera. Perkembangan selanjutnya terjadi pada abad ke-17 dan ke-18. Rasionalisme muncul dari kesediaan kaum rasionalis untuk melepaskan diri dari pemikiran skolastik. 

Dimana Rasionalisme dipelopori oleh Descartes di Paris, sehingga ia dikenal sebagai bapak filsafat modern. Dimana Perkembangan ilmu pengetahuan sebagai ciri masyarakat modern adalah rasionalisme. Paham ini mengutamakan rasio untuk mengungkap kebenaran. Adapun tokoh rasionalis beserta pemikirannya antara lain dibawah ini. René Descartes (1596-1650), Nicholas Malebranche (1638-1775), Baruch de Spinoza (1632-1677), (GW Leibney) (1646-1716), Christian Wolff (1679-1754), Blaise Pascal (1623 -1623) Bab 1662.

1. René Descartes (1596-1650 M)

Rene Descartes lahir pada tahun 1596 di La Haye, Perancis tengah. Dia mendapat pendidikan di kalangan Jesuit di La Fleche. Ia masuk tentara Jerman dari tahun 1617 hingga 1619. Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat modern. 

Seperti pengakuan Bertrand Russel yang mengatakan bahwa, 'Anggapan tersebut memang benar. kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama di zaman modern yang mendirikan filsafat berdasarkan keyakinan yang timbul dari pengetahuan. Dia adalah orang pertama di akhir Abad Pertengahan yang menyajikan argumen yang kuat dan unik yang bukan tentang iman, bukan tentang ayat suci, atau tentang apa pun.'

Descartes menemukan dasar filsafatnya bukan dari filsafat Platonis, bukan filsafat abad pertengahan, bukan agama atau apa pun. Dasarnya adalah apa yang aku pikirkan. Pemikiranku yang layak dijadikan landasan filsafat, karena aku berpikir itulah yang benar-benar ada, tanpa diragukan lagi, sebab Aku berpikir maka aku ada (cagito ergo sum). 

Dari metode inilah memperlihatkan sifat subjektivitas, individualisme, dan sifat humanistik dalam filsafat Descartes. Sifat-sifat inilah inilah yang nantinya memberikan kontribusi terhadap perkembangan filsafat modern.

Uraian Descartes yang lebih jelas tentang bagaimana memperoleh hasil yang valid (memadai) dari metode yang hendak ia terapkan dapat ditemukan pada bagian kedua bukunya Anaximenes On the Method, di mana ia menjelaskan perlunya memperhatikan Empat hal berikut:

Pertama, jangan pernah menerima apa pun kecuali saya tahu dengan jelas bahwa itu benar; ini berarti berhati-hati untuk menghindari kesimpulan dan prasangka prematur; jangan pernah mempertimbangkan apa pun selain kesimpulan yang tampak begitu jelas dan nyata, Dengan begitu tidak akan ada keraguan.

Kedua, susunlah pokok-pokok yang sulit untuk dipelajari ke dalam bagian-bagian kecil sebanyak-banyaknya, atau sebanyak-banyaknya bagian-bagian kecil, sehingga mudah diselesaikan.

Ketiga, berpikirlah secara berurutan, dimulai dari objek yang paling sederhana, paling mudah dikenali, dan kemudian secara bertahap meningkat ke permasalahan yang paling rumit, bahkan menempatkan objek dalam urutan yang tidak wajar.

Terakhir, setiap detail dilakukan selengkap mungkin dan pemeriksaan dilakukan secermat mungkin untuk memastikan tidak ada yang terlewat.

2. Nicolas Malebranche (1638-1775 M) 

Nicolas Malebranche adalah seorang filsuf dari aliran rasionalis. Ia lahir pada tahun 1638 dan meninggal pada tahun 1715. Dia adalah seorang filsuf Perancis dan teolog Kristen terkenal. Ia mencoba memadukan gagasan rasionalis Descartes dengan tradisi intelektual Kristen, khususnya gagasan Agustinus.

Karya Malebranche yang paling penting adalah "The Search for Truth". Dalam buku ini, Malebranche memberikan dua gagasannya yang terkenal tentang Tuhan dan "aksidentalisme". 

Inti pemikiran Malebranche adalah ciptaan yang terbatas tidak bisa menjadi penyebabnya, dan hanya Tuhanlah yang menjadi penyebab sesungguhnya. Di sini Malebranche mengembangkan konsep Tuhan dalam pemikiran Descartes. 

Secara keseluruhan Malebranche diakui sebagai tokoh yang berusaha mendamaikan filsafat baru yang dipelopori Descartes dengan tradisi intelektual Kristen, khususnya pemikiran Agustinus. Soal substansi, ia mengikuti ajaran Descartes. Namun, ia mengikuti solusinya sendiri terhadap masalah hubungan jiwa. 

Posisinya dalam bidang ini sering disebut okasionalisme. Malebranche berpegang teguh pada pandangannya bahwa jiwa tidak dapat mempengaruhi tubuh dan sebaliknya. Malebranche mendalilkan bahwa Tuhan bekerja sebagai suatu tujuan berdasarkan hukum tetap yang ditentukan sekali dan untuk selamanya.

3. Spinoza (1632-1677 M)

Baruch de Spinoza adalah seorang filsuf Yahudi-Portugis berbahasa Spanyol yang lahir dan besar di Belanda. Pemikiran Spinoza berakar pada tradisi Yahudi. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran tentang satu zat alami. 

Baruch Spinoza dikenal sebagai seorang penganut rasionalisme Cartesian, lahir 24 November 1632, 21 Februari 1677 Ri menghembuskan nafas terakhir. Ia tumbuh di pinggiran kota Amsterdam, Belanda, dimana Spinoza mengalami beberapa episode penganiayaan oleh umat Kristen ortodoks, yang tidak menyukai keinginan Spinoza untuk berpikir bebas dan menganggapnya seorang ateis.

Spinoza adalah pengikut setia René Descartes dan percaya bahwa hal-hal tertentu dapat dikatakan benar melalui akal. Dan Spinoza sendiri memiliki cara berpikir yang tercermin dari pandangannya bahwa kebenaran berpusat pada pemikiran dan keluasan. Pikiran adalah jiwa dan alam semesta adalah tubuh yang ada secara bersamaan.

Spinoza terkenal dengan gagasan panteistiknya, yaitu gagasan yang hanya ada kebenaran atau entitas yaitu Tuhan. Entitas ini mencakup dunia dan umat manusia, karena dalam panteisme Tuhan diidentikkan dengan segala sesuatu yang ada.

4. Leibniz (1646-1716 M)

Gottfried Wilhem Leibniz adalah seorang filsuf Jerman keturunan Sorbia yang lahir di Saxony. Ia terutama terkenal dengan pemahaman Theodissi bahwa manusia hidup di dunia yang sebaik mungkin karena dunia ini diciptakan oleh Tuhan yang sempurna.

Gottfried Leibniz lahir di Leipzig, Saxony, Jerman pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1616. Ia dilahirkan dalam keluarga terpelajar, ayahnya adalah seorang ahli hukum dan profesor etika, dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pada saat itu.

Leibniz, seperti Spinoza, adalah pengikut rasionalisme Cartesian. Dengan demikian, Spinoza menerima esensi dari apa yang diajukan Spinoza, namun menolak menerima pemahaman Spinoza tentang “panteisme”. Karena baginya, alam semesta bersifat mekanis dan segala sesuatu bergantung pada sebab, karena segala sesuatu terjadi karena suatu tujuan. Maka sesuatu pasti ada alasannya, bahkan Tuhan, semua yang diciptakannya pasti ada alasannya.

Leibniz adalah seorang filsuf Jerman, namun ia menulis karya-karyanya dalam bahasa Latin dan Perancis dan merupakan seorang ensiklopedia (orang yang mengetahui semua bidang ilmu pada masanya). Menurut Leibniz, terdapat materi yang jumlahnya tak terhingga, yang kemudian ia beri nama monad.

5. Christian Wolf (1679-1754)

Christian Wolff adalah seorang filsuf Jerman abad ke-18. Dia adalah salah satu tokoh rasionalisme. Penilaiannya terhadap kebenaran didasarkan pada akal. Dalam pandangannya, memperoleh pengetahuan melalui akal masih memerlukan pengalaman empiris dari dunia nyata.

Christian Wolff mempunyai pengaruh besar terhadap gerakan rasionalis sekuler di Jerman pada awal abad ke-18. Meskipun Wolff dilahirkan dalam keluarga Lutheran, pendidikannya di sekolah Katolik memaparkannya pada gagasan Aquinas dan Suárez. 

Studi Wolff di Leipzig memperkenalkannya pada ide Leibniz dan bertukar surat dengan sang filsuf. Pada tahun 1706 Wolff mengajar matematika di Halle, dan pada tahun 1709 ia mulai mengajar filsafat. Dia meninggal pada tahun 1754.

Ide-ide Wolff pada hakikatnya merupakan pengembangan dari filsafat Leibniz dan diterapkan pada semua bidang ilmu pengetahuan. Dia berusaha menjadikan filsafat sebagai ilmu pasti. Oleh karena itu, filsafat harus disertai pemahaman yang jelas dan bukti yang kuat. Dimana suatu sistem filsafat harus memuat gagasan-gagasan yang jelas dan penjelasan-penjelasan yang baik. Wolff memainkan peran penting dalam membuat filsafat menarik perhatian publik.

6. Blaise Pascal (1623-1662 M)

Blaise Pascal berasal dari Perancis. Minat utamanya adalah filsafat dan agama, minat lainnya adalah matematika dan geometri proyektif. Menemukan teori probabilitas dengan Pierre de Fermat.

Blaise Pascal lahir pada tanggal 19 Juni 1623 di Clermont-Ferrand, Perancis. Meski Bryce tidak bersekolah formal, ia sudah dianggap sebagai anak pintar sejak dini. Pada usia 12 tahun, ia sudah mampu membuat komputer untuk membantu ayahnya dalam pekerjaannya. Nama ayahnya adalah Etienne Pascal.

Tokoh ini menempati tempat dalam sejarah pemikiran Prancis. Meskipun dia setuju dengan prioritas Descartes terhadap ilmu eksakta, dia tidak setuju dengan penerimaan Descartes terhadap ilmu eksakta sebagai model atau paradigma khusus untuk metode filosofis. Filsafat Descartes menjadi rasionalis justru karena ia percaya bahwa metode filosofis harus meniru metode ilmu eksakta. 

Berbeda dengan Descartes, Pascal percaya bahwa manusia selalu dianggap sebagai misteri yang tidak terpecahkan. Pascal percaya bahwa ada sesuatu yang lebih penting dari proporsi, yaitu hati (Coeur). Rasio hanya menghasilkan ilmu yang dingin, namun hati memberi peran, dan cinta juga punya peran. 

Dengan akal kita bisa mempelajari ilmu eksakta dan ilmu pengetahuan alam, namun dengan hati kita bisa menggapai kebenaran yang lebih tinggi, khususnya Tuhan. Mottonya yang terkenal, yang menjadi dasar pemikiran filosofisnya, adalah “Hati-hati mempunyai proporsi tersendiri dan tidak dapat dipahami dari segi proporsi itu sendiri.”

Konklusi Singkat

Rasionalisme sebenarnya mempunyai sejarah yang panjang, dimulai pada masa filsafat Thales dan terus digunakan secara eksplisit oleh para filosof Socrates, Plato, dan Aristoteles untuk membungkam orang-orang bijak pada masanya. 

dan pada masa modern, para filosof seperti Descartes mulai menamai praktik tersebut dengan nama aliran filsafat rasionalis, dan kemunculan Spinoza, serta Leibniz dan lain-lain yang memperluas cakupan proses rasionalis seperti yang kita kenal sekarang. Demikianlah penjelasan singkat mengenai biografi dan pemikirannya tokoh-tokoh filsafat rasionalis tersebut di atas.  Terima kasih

0 Response to "6 Filsuf Utama Aliran Filsafat Rasionalisme Modern"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel