Keberadaan Tuhan Menurut Thomas Aquinas dan G. W. F. Hegel


Sekapur Sirih

Dari zaman filsafat Yunani klasik hingga di era sekarang pembahasan tentang Tuhan masih ada dalam kehidupan keseharian maupun kehidupan intelektual, dan perdebatan seputar Tuhan tetap menjadi dialektika yang menarik. Dalam beberapa pandangan, Tuhan pada dasarnya bersifat transenden, sedangkan dalam pandangan lain, Tuhan bersifat imanen, artinya jika terus-menerus diamati, Tuhan tidak memiliki finalitas secara pembahasannya.

Nah, Topik tentang Tuhan sendiri tidak terlepas dari perkembangan teologi dan ruang lingkup agama, yang keduanya sejatinya mengacu pada wahyu. Oleh karena itu, banyak filosof yang mencoba merasionalkan Tuhan lewat pandangannya sebagai berikut.

Jalan Menemukan Tuhan menurut Thomas Aquinas (1225-1274 M) 


Thomas Aquinas diyakini lahir pada tahun 1225 atau 1226 dan meninggal pada tahun 1274. Ia dikatakan sebagai filsuf paling dominan di zaman skolastik, karena sistem pemikirannya dibakukan sebagai bahan utama di semua lembaga pendidikan Katolik yang menawarkan kursus filsafat berdasarkan dekrit Leo XIII tahun 1879.

Karya Aquinas yang paling penting adalah Summa contra Gentiles (ditulis 1259-1264). Buku ini dimaksudkan untuk menegakkan kebenaran teologi Kristen bagi semua orang yang belum memeluk agama tersebut, dan sebagai hipotesis mengenai keberadaan Tuhan sebagai Pencipta alam semesta.

Thomas Aquinas memadukan pemikiran Aristoteles dengan wahyu Kristiani. Kebenaran iman dan rasa pengalaman tidak hanya sejalan, namun saling melengkapi beberapa kebenaran, seperti misteri dan inkarnasi, dapat diketahui melalui wahyu, seperti halnya pemahaman tentang Tuhan.

Susunan segala sesuatu di dunia dapat dipahami melalui pengalaman, seperti halnya pemahaman manusia akan keberadaan Tuhan, baik wahyu maupun pengalaman digunakan untuk membentuk opini tentang keberadaan Tuhan.

Thomas Aquinas mengajarkan apa yang disebutnya teologi natural (natural theology), mengajarkan bahwa manusia dapat mengenal Tuhan melalui akal, meskipun pengetahuan tentang Tuhan yang diperoleh melalui akal tidak jelas dan tidak menyelamatkan.

Dalam hal ini Thomas Aquinas terkenal dengan Lima Jalan Memahami Kehadiran Tuhan, (Latin: quinque viae ad deum).

1. Jalan Gerak
Maksudnya bahwa segala sesuatu bergerak, dan setiap gerak pasti ada yang menggerakkannya, tapi pasti ada yang mendorong sesuatu yang lain, tapi tidak digerakkan oleh sesuatu yang lain, Dialah Allah.

2. Jalan Kausalitas
Maksudnya setiap akibat ada sebabnya, tapi ada juga sebab yang tidak diakibatkan, Dialah penyebab pertama yaitu Allah.

3. Jalan Keniscayaan
Maksudnya, Ada yang bisa ada di dunia ini, dan ada juga yang tidak bisa ada (misalnya, yang ada sebelumnya seolah-olah menghilang, tetapi ada juga yang dulu tidak ada tetapi ada sekarang), tapi selalu ada yang (tak terhindarkan) yaitu Allah.

4. Jalan pembuktian
Yang dimaksudkan Jalan pembuktian ialah jalan berdasarkan derajat atau perbandingan 
dengan sifat-sifat (sifat baik) yang ada di dunia, ternyata ada sifat terbaik yang tiada tara (Dzat Allah yang Maha Tahu) dan dialah Allah yang dimaksud.

5. Jalan Penyelenggaraan
Maksudbya semua ciptaan cerdas mempunyai tujuan yang mengarah pada yang terbaik, maka harus ada yang mengaturnya, dan yang memiliki kemampuan itu hanya dialah Allah.


Tafsiran Tuhan menurut PrespektifG. W. FHegel (1770-1831 M)


Hegel juga dikenal sebagai filsuf idealis Jerman. Doktrin Hegel yang terkenal adalah dialektika, gagasan bahwa dua hal yang berbeda (bahkan kontras) bertemu dan membentuk sesuatu yang baru.

Pertama, Hegel membedakan akal murni (dalam pandangan Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada hal lain di luar itu, yaitu intelek. Intelek selalu berkomitmen pada ekspresi akal dan akal, sehingga memungkinkan dialektika terjadi terus menerus. 

Roh Absolut, Akal, bertindak dan mengekspresikan dirinya dalam perjalanan sejarah manusia. Ketika ada hubungan dialektis antara subjek dan objek, antara yang terbatas dan yang tidak terbatas, antara imanensi dan transendensi, maka pekerjaan Roh Kudus dapat mencapai tujuannya di alam semesta.

Hegel percaya bahwa Tuhan dalam agama Kristen juga beroperasi seperti peristiwa Reformasi, yaitu peristiwa yang memulihkan atau memulihkan kondisi manusia menjadi baik. Dimana dari peristiwa tersebut, Hegel dapat menafsirkan Tuhan dalam tiga tahap:

1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses pencarian Roh Kudus (Tuhan) terhadap dirinya sendiri.

2. Melalui kesadaran manusia, roh menemukan dirinya (misalnya revolusi Napoleon)

3. Untuk menyelaraskan arah gerak manusia dengan Ruh dalam pembebasan dan kebebasan manusia, maka Ruh akan diberi nama “Akal”. Namun, apa yang Hegel sebut sebagai Tuhan sebenarnya terkait dengan umat manusia seiring dengan perkembangan sejarah.

Maka dari basis metafisik bagi aspirasi keagamaan manusia melampaui kondisi-kondisi eksternal yang tidak menentu, seperti faktor-faktor historis, psikologis, budaya, sosial, ekonomi, atau lainnya. Kapasitas manusia untuk melampaui diri mencerminkan struktur terdalam yang terbatas dan absolut, sehingga tidak bersifat eksternal melainkan internal.

Dan kesadaran manusia yang didapatkan melalui peristiwa pengalaman menjadi dorongannya untuk melampaui dirinya sendiri guna mencapai yang Absolut, merupakan kondisi transendental yang memungkinkan terjadinya wahyu, dan merupakan dasar dari semua agama besar. Lebih penting lagi, pertanyaan tentang Tuhan hanya muncul ketika manusia mempunyai kondisi transendental tertentu, yaitu kemampuan mentransendensikan dirinya dan arah menuju yang Absolut.

Demikianlah bagian terakhir penjelasan dari usaha para  filosof berkaitan dengan sudut pandang mereka tentang atau eksistensi Tuhan. Sebelum berakhir sebagai informasi, artikel yang dipublikasikan ini bertujuan untuk menghapus berbagai stigma yang sebagian besar filosof kaitkan dengan ketidakpercayaan terhadap Penguasa Alam Semesta (Tuhan).

0 Response to "Keberadaan Tuhan Menurut Thomas Aquinas dan G. W. F. Hegel"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel