Filsafat Analitik dan Aliran-alirannya


Pengertian umum

Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang berasal dari sekelompok filsuf yang menyebut diri mereka Lingkaran Wina. Filsafat analitik di kalangan Wina meluas dari Jerman hingga ke mancanegara, seperti di Polandia dan Inggris. Poin utama dari aliran adalah melakukan penolakan terhadap metafisika. (Wikipedia)

Perkembangannya dimulai oleh para filosof Inggris yaitu; G.E Moore, kemudian Bertrand Russell, Wittgenstein dan JL Austin. Namun penggagas proses ini lebih dikenal daripada Ludwig Wittgenstein (1899-1952 M). Lebih tepatnya, strukturalisme berkembang sejak tahun 1960-an untuk mempelajari pola-pola dasar dalam bahasa, agama, institusi, dan sastra.

Tujuan Awal Filsafat Analitik

Awalnya, perkembangan filsafat analitik didorong oleh kerancuan bahasa filsafat. Dimana banyak teori atau konsep filosofis dijelaskan dengan bahasa yang cukup membingungkan, bahkan lebih jauh dari bahasa sehari-hari. Kerancuan dan ambiguitas penggunaan bahasa dalam filsafat mengakibatkan filsafat dipandang sebagai ilmu yang sulit, membingungkan dan ambigu, akibatnya banyak orang menemui kebuntuan untuk mempelajari ilmu filsafat.

Berangkat dari aspirasi filosofi analisis linguistik yang ingin memecahkan dan menjelaskan masalah dan konsep filosofis dengan bantuan analisis linguistik. Artinya selain mazhab strukturalis yang pernah kita bahas sebelumnya, ada mazhab lain yang disibukkan dengan analisis linguistik dan analisis konseptual. Aliran itu adalah yang disebut aliran filsafat analitik. 

Dalam filsafat, aliran ini memiliki prinsip bahwa jika Anda tidak dapat mengatakannya, maka Anda tidak mengatakannya. “Batas bahasaku adalah batas duniaku.” Pertanyaan filosofis harus ditanggapi melalui analisis linguistik untuk menangkap atau mengungkap makna di balik bahasa yang digunakan.Sebab Hanya dalam ilmu alam pernyataan bermakna merupakan fakta. 

Menurut para filsuf analisis filosofis, konsep analisis linguistik adalah metode unik untuk menjelaskan, menggambarkan, dan menguji kebenaran ungkapan filosofis. Karena kebenaran hanya dapat dideskripsikan dan diuji melalui bahasa, karena bahasa memiliki fungsi kognitif, yaitu manusia menggunakan bahasa untuk menjelaskan proposisi yang dipikirkannya, apakah benar atau salah, sehingga secara rasional menerima atau menolak proposisi tersebut.

Aliran-aliran dalam Filsafat Analitika

Secara umum para ahli membagi filsafat analitik ini menjadi tiga aliran, yaitu: Atomisme Logis, Positivisme Logis, dan Filsafat Bahasa Biasa.

1. Aliran Atomisme Logis 
Atomisme logis mulai berkembang pada awal abad ke-20. di Inggris sebagai reaksi terhadap idealisme yang mendominasi pemikiran pada saat itu. Menurut idealisme, realitas terdiri dari ide, pikiran, dan jiwa, bukan materi.  Pada saat yang sama, menurut aliran atomisme logis, realitas memanifestasikan dirinya dalam ekspresi linguistik sebagai proposisi, bukan dalam konsep atau pemikiran kita. Proposisi berarti sesuatu yang dapat dipercaya, diragukan, disangkal, atau dibuktikan benar atau salahnya, seperti yang terkandung dalam sebuah kalimat.

Selain itu, Atomisme Logis didasarkan pada beberapa hal, di antaranya logika merupakan hal yang paling mendasar dalam filsafat. Logika harus mencirikan setiap aliran filsafat, bukan metafisika. Dia juga percaya bahwa sifat realitas dunia harus dianalisis melalui analisis logis. Sehingga secara ilmiah, filsafat harus mengandalkan analisis logis. Sebab berdasarkan analisis logis kebenaran bersifat apriori universal dan berbasis akal. 

Selanjutnya kebalikan dari analisis logis adalah sintesis logis, yang merupakan metode untuk menemukan bahwa pengetahuan empiris atau pengalaman indrawi itu benar diperoleh. Akhirnya, untuk aliran atomisme logis, dunia terdiri dari fakta-fakta yang dijelaskan oleh proposisi. Proposisi ini adalah tanda dan bukan merupakan dunia dan bahasa adalah tanda.

2. Aliran Positivisme Logis
Menurut para filsuf analitik, istilah positivisme logis mengacu pada konsep empirisme ilmiah, neo-positivisme, dan empirisme logis. Kecenderungan filosofis ini sering disebut sebagai positivisme logis. Filsafat
Positivisme sendiri adalah aliran filsafat yang dicirikan oleh penilaian positif terhadap sains dan metode ilmiah. Proses ini dijalankan oleh atau yang memproklamirkan diri mereka Lingkaran Wina, di Austria yang didalamnya terdiri dari ilmuwan, ahli matematika, orang yang bertanggung jawab atas logika simbolik dan metode ilmiah.

Nah, dari sini kita dapat dengan jelas merasakan gaya dan metode yang dikembangkan oleh sekolah ini, secara umum gaya berpikir yang utama adalah positif, pasti, dan dengan dasar ilmiah.

3. Filsafat bahasa biasa 
(bahasa sehari-hari) 
Aliran filsafat bahasa biasa atau bahasa sehari-hari banyak terpengaruhi oleh pemikiran Ludwig Wittgenstein pada periode kedua melalui bukunya Philosophical Investigations (1953). Pemikiran Wittgenstein pada periode kedua tidak didasarkan pada logika bahasa, tetapi pada bahasa biasa yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Mengacuh pada pendapat Kaelan, jika pemikiran Wittgenstein pada periode pertama didasarkan pada bahasa ideal yang memenuhi persyaratan logika, maka pemikirannya pada periode kedua didasarkan pada ragam bahasa biasa. Dalam pemikiran kedua inilah Wittgenstein mengakui kelemahan konsep pertamanya dan mengkritiknya, tetapi ia menempatkannya dalam rumusan pemikiran yang sistematis. Inti pemikiran Wittgenstein pada periode kedua adalah permainan kata dan bahasa.

Artinya hakikat bahasa adalah menggunakannya dalam berbagai cara dari latar belakang kehidupan manusia. Oleh karena itu, banyak permainan bahasa yang bersifat dinamis dan tidak dibatasi oleh konteks kehidupan manusia. Karena setiap konteks kehidupan manusia menggunakan bahasa tertentu, dengan aturan penggunaan yang unik, berbeda dengan konteks penggunaan lainnya.

Oleh karena itu, Wittgenstein menyimpulkan bahwa sebuah kata adalah penggunaannya dalam sebuah kalimat, dan sebuah kalimat berarti penggunaannya dalam bahasa, makna bahasa adalah penggunaannya dalam bahasa
berbagai situasi kehidupan manusia. Artinya, dalam filsafat bahasa biasa, bahasa tidak hanya dikaji dari struktur formalnya semata, tetapi juga berdasarkan fungsi hakikinya, yakni fungsi kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dan dari Filsafat bahasa biasa inilah yang mengilhami perkembangan linguistik pragmatis.

Demikian.


0 Response to "Filsafat Analitik dan Aliran-alirannya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel