Sejarah Aliran Filsafat Rasionalisme
Sebelum lebih jauh, mari kita kenali dulu tokoh-tokoh atau para filsuf yang berpayungkan aliran rasionalisme, Tokoh pertama aliran ini ialah Rene Descartes (1596-1650 M), Nicholas Malerbranche (1638-1775 M), B. De Spinoza (1632-1677 M), GW Leibniz (1646-1716 M), Christian Wolff (1679-1754 M). M) dan Blaise Pascal (1623-1662 M).
Nah, mengacu pada sejarah filsafat, maka dapat dikatakan bahwa pemikiran tentang rasionalisme telah muncul dalam tulisan-tulisannya yang dituliskan sejak zaman Plato. Filosofi pembangunan adalah bahwa pengetahuan berasal dari akal, bukan dari indera. Rasionalisme pada zaman klasik dikembangkan melalui pengetahuan matematika dan geometri. Artinya Pengetahuan lain hanya sebagai pengetahuan tambahan.
Kemudian aliran atau paham rasionalisme dimulai kembali pada abad ke-15. Tepatnya ketika otoritas tradisional Gereja Katolik mengalami penurunan melalui pertempuran dan pemberontakan yang terus berlanjut, yang tidak berujung pada revolusi. Rasionalitas keyakinan yang dibela oleh Gereja Katolik memunculkan rasionalisme. Para pemikir rasionalis ini berasal dari para pemimpin gereja. Orang pertama yang memprakarsainya adalah Lorenzo Valla, yang menjabat sebagai sekretaris raja dari Kerajaan Napoli di Italia.
Selanjutnya, kebangkitan rasionalisme mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke-17 hingga akhir abad ke-18. Dimana rasionalisme dikenal sebagai pemahaman atau aliran ide berdasarkan rasio dan kebermaknaan. Lebihnya daripada itu, tidak ada sumber kebenaran tertinggi kecuali melalui rasio.
Sebagai aliran filsafat yang mengutamakan pencapaian pengetahuan dan kebenaran secara proporsional, rasionalisme selalu berpandangan bahwa akal merupakan unsur esensial dari pengetahuan. Dan menurut rasionalisme, tidak mungkin menguji secara empiris kebenaran hukum "sebab akibat", karena tidak mungkin mengamati peristiwa alam yang jumlahnya tak terbatas. Bagi aliran ini, kesalahan empirisme disebabkan oleh kelemahan indra, yang dapat diperbaiki dengan penggunaan akal.
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa selama abad-abad berikutnya, orang-orang terpelajar semakin percaya bahwa akal mereka adalah sumber kebenaran tentang kehidupan dan dunia. Ini menjadi bukti lagi pada paruh kedua abad ke-17. dan terlebih lagi pada abad ke-18, ketika Isaac Newton (1643-1727) memperkenalkan pandangan dunia baru.
Menurut cendekiawan Inggris yang ramah itu, fisika terdiri dari bagian-bagian kecil (atom-atom) yang saling berhubungan berdasarkan hukum sebab akibat. Dan semua fenomena alam harus dijelaskan di sepanjang jalur mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri sangat menyadari keterbatasan rasional dari pengejaran kebenaran melalui sains.
Berdasarkan kepercayaan yang berkembang pada kekuatan nalar, orang-orang pada abad itu berangsur-angsur mengambil aspek yang lebih gelap. Dan ketika mereka mampu mengangkat obor terang yang mereka impikan untuk menciptakan manusia dan masyarakat modern di abad ke-18, abad itu juga dikenal sebagai zaman Aufklarung (Pencerahan).
Walaupun rasionalisme tidak menyangkal penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indrawi digunakan untuk merangsang pikiran dan menyediakan bahan untuk membuatnya bekerja. Namun, nalar juga bisa menghasilkan pengetahuan yang sama sekali tidak didasarkan pada data indrawi. Jadi akal juga bisa menghasilkan pengetahuan tentang objek yang benar-benar abstrak.
Kita dapat percaya bahwa indera dan akal yang bekerja bersama-sama dapat memahami bagian-bagian dari objek. Akan tetapi, indera hanyalah menangkap sebagian objek dan proses pemaknaan keseluruhan objek akan hanya terjadi jika yang bekerja hanya rasio yang menjadi tulang punggung rasionalisme, maka pengetahuan yang didapat adalah pengetahuan filosofis. Sebab pengetahuan filosofis itu sendiri adalah pengetahuan logis, tanpa dukungan data empiris. Dengan demikian, pengetahuan filosofis pada hakekatnya adalah pengetahuan logis.
Demikianlah uraian tentang latarbelakang atau sejarah berkembangnya aliran filsafat rasionalisme. Berikutnya kita akan membahas aliran filsafat empirisme sebagai lawan tanding (antitesa) dari rasionalisme. Terimakasih
0 Response to "Sejarah Aliran Filsafat Rasionalisme"
Post a Comment