Konsep Filsafat Tan Malaka dalam Buku Madilog


Anda tentu pernah memikirkannya, mungkin anda juga pernah bertanya, adakah filosof yang diakui di Indonesia? Jika ya, siapakah mereka? Apa ide dasarnya? Berapa banyak dari mereka yang ada di sana? Apakah para filsuf ini masih hidup atau sudah mati?
Oleh karena itu, berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami bermaksud untuk menulis pembahasan beberapa filosof Indonesia. Salah satunya adalah yang kita kenal dengan nama Tan Malaka. Berikut penjelasan sederhananya.


Madilog sendiri adalah akronim dari bahasa Indonesia yang merupakan kependekan kata dari, Materialisme, Dialektika dan Logika). Ini adalah sintesis antara materialisme dialektis Marxis dan logika Hegelian. Madilog bisa dibilang karya terbesar Tan Malaka. Buku ini ditulis oleh Tan Malaka pada tahun 1942 sekembalinya ke Indonesia. Tan Malaka menulis buku tersebut di sebuah rumah kos di kawasan Cililitan Jakarta. Dia membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk menyelesaikan buku tersebut.

Sesuai dengan namanya, tujuan utama Tan Malaka menulis buku ini adalah untuk membekali para kader dan pemimpin gerakan revolusi Indonesia dengan pemahaman dasar tentang materialisme, dialektika, dan logika. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman teoritis yang kuat bagi mereka yang terlibat dalam perjuangan melawan kekuasaan kolonial Belanda dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dimana Tan Malaka berkomitmen untuk bisa memberikan suatu bentuk kritik kepada masyarakat Indonesia dan memberikan kerangka berpikir modern agar mereka lepas dari jebakan pemikiran terbelakang. Tan Malaka menjelaskan tiga pokok pokok kerangka berpikir, yaitu logika materialis, logika dialektis, dan logika. 

Logika materialis berfokus pada pemikiran tentang sesuatu atau fenomena yang nyata secara material atau dengan kata lain bukan mitos. Dalam konteks ini, Tan Malaka mengimbau masyarakat Indonesia untuk meninggalkan kepercayaan terhadap takhayul dan hal-hal mistis yang tidak dapat dibuktikan secara rasional.

Logika dialektis adalah cara berpikir dialektis atau timbal balik yang memandang permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Cara berpikir ini dikemukakan oleh filsuf Yunani kuno Socrates. Dialektika selalu diawali dengan dialog berbentuk pertanyaan, diulang-ulang hingga akhirnya ditemukan kebenarannya.

Logika merupakan pelengkap dari materialisme dan dialektika, yang mana akal merupakan hal utama dan terpenting dalam berpikir. Logika menghasilkan pemikiran yang jernih dan bukan utopis. Oleh karena itu, logika rasional akan menjadi kunci bagi masyarakat Indonesia untuk meninggalkan cara berpikirnya yang kuno.

Sederhananya, pembasaan yang ada di Madilog sangat beragam. Buku ini merangkum gagasan filosofis, politik, dan ekonomi yang menjadi landasan gagasan Tamalaka tentang perjuangan revolusioner. Salah satu poin sentral Madilog adalah penerapan materialisme dialektis sebagai landasan penjelasan sosial dan politik.

Tan Malaka pun menjelaskan konsep-konsep seperti kelas sosial, perlawanan rakyat, dan pentingnya perjuangan dalam memahami dinamika sosial. Selain itu, aspek penting dari Madilog adalah penjelasan Tan Malaka tentang dialektika. Dimana ia meyakini dialektika merupakan perspektif filosofis yang memadukan pemahaman kontradiksi dan perubahan sebagai bagian integral dari alam semesta.

Selain itu, Tan Malaka memandang dialektika sebagai alat untuk memahami perubahan sosial dan sejarah. Ia menekankan pentingnya memahami kontradiksi sosial untuk mendorong perubahan revolusioner.

Penjelasan dalam buku Madilog juga diketahui berupaya memperkenalkan pemahaman tentang materialisme, dengan menekankan peran faktor material dalam membentuk masyarakat dan sejarah. 

Tan Malaka menyatakan perjuangan kelas merupakan produk faktor material dan ekonomi dalam masyarakat. Terlebih konsep materialisme yang diperkenalkan dalam buku ini menjadi landasan pemikiran Tan Malaka tentang perjuangan anti kapitalis dan anti kolonial.

Kesimpulannya

Madilog juga mempunyai pengaruh global dalam sejarah pemikiran Marxis. Tan Malaka mengaitkan konsep-konsep ini dengan situasi di Indonesia pada saat itu, sehingga memberikan alasan yang kuat bagi pergerakan nasional. Buku ini merupakan salah satu upaya pertama untuk memasukkan ide-ide materialis dialektis ke dalam perjuangan kemerdekaan nasional.

Pemikiran Tan Malaka dalam buku tersebut menjadi rujukan penting bagi para pemikir dan aktivis di seluruh dunia yang tertarik pada teori revolusi sosial dan perubahan politik. Madilog telah diterjemahkan ke banyak bahasa dan dicetak dalam banyak edisi. Buku tersebut telah menyebar ke berbagai negara dan tetap menjadi rujukan penting bagi pemikiran politik dan filsafat.

Sehingga dengan semua penjelasan tentang Tan Malaka diatas, maka tidak heran jika, pemikiran dan gagasan Tan Malaka dikatakan merupakan tonggak awal perkembangan intelektual Indonesia. Dengan berbagai pemikiran lewat berbagai karyanya maka Tan Malaka dapat dan pantas disebut sebagai seorang filsuf Indonesia. Dia adalah Tan Malaka. Bapak Republik yang Terlupakan.

Meskipun akhir hidupnya Tan Malaka sebagian besar hidupnya dalam pelarian dan penahanan karena beberapa alasan terkait perjuangan dan gagasannya. Namun di balik segala dinamika yang dialaminya, Tan Malaka lebih produktif dalam menulis dan menerbitkan buku-buku seperti Madilog (Dialektika dan Logika Materialisme, 1943), Gerpolek (Gerakan Politik dan Ekonomi”, 1948), “Menuju Kemerdekaan 100%” (1945) ), “Dari Penjara ke Penjara” (1945), 1947), “Aksi Massal” (1926) dan “Menuju NKRI” (Tahun 1925). Buku tersebut kemudian dianggap sebagai karya paling orisinal dan berbobot serta mengukuhkannya sebagai salah satu filsuf, sosialis, dan aktivis Indonesia.

Trims
By, AB

0 Response to "Konsep Filsafat Tan Malaka dalam Buku Madilog"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel