Konsep Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara


Tentu anda pernah memikirkannya, dan mungkin anda juga bertanya, adakah orang Indonesia yang diakui sebagai filsuf? Jika ya, siapakah mereka? Apa gagasan mendasarnya? Berapa banyak dari mereka yang ada di sana? Apakah para filsuf ini masih hidup atau sudah mati?
Nah, Oleh karena itu, berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami bermaksud menuliskan pembahasan beberapa filosof Indonesia ini. Salah satunya adalah yang kita kenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Di bawah ini adalah penjelasan singkatnya.


Ki Hadjar Dewantara adalah seorang Aktivis Gerakan Kemerdekaan Indonesia, Politikus, Kolumnis, Guru dan Pelopor Pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Dimana ia berhasil mendirikan dan mengembangkan Sekolah Taman Siswa pada 03 Juli 1922. Dari ide pembentukan sekolah inilah yang menjadi lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan kepada penduduk pribumi untuk memperoleh hak pendidikan yang sama seperti kaum bangsawan dan Belanda.

KH Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualam, namun lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. Diketahui, Ki Hajar Dewantara sendiri meninggal dunia pada 26 April 1959 dalam usia 69 tahun. KH Dewantara pernah menempuh pendidikan dasar (sekolah dasar Eropa/Belanda) dan STOVIA (sekolah kedokteran pribumi) semasa hidupnya, namun tidak dapat menyelesaikan studinya karena sakit.

KH Dewantara memulai karirnya sebagai jurnalis di berbagai surat kabar. Diantaranya Midden Java, Sediotomo, De Express, Oetoesan Hindia, Poesara, Kaoem Moeda dan Tjahaja Timoer. Dari pengalaman luas yang didapat, KH Dewantara tergolong penulis yang handal dan kritis saat itu. Sebab sebagian besar karyanya dinilai sangat komunikatif dan pedih, serta berjiwa anti kolonial.

Meski menempuh perjalanan panjang, KH Dewantara juga dikenal sebagai seorang filosof yang minat utamanya adalah filsafat pendidikan. Dimana Konsep Filsafat Pendidikannya disebut dengan “Among”, yang didalamnya merupakan perpaduan antara aliran filsafat progresivisme dan esensialisme. 

Progresivisme lebih menekankan pada kemampuan alamiah anak dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya. "kebebasan berpikir”. 

Sedangkan esensialisme berbicara tentang pemahaman budaya dan pelestarian budaya. dimana pendekatan yang dilakukan dari segi kebudayaan adalah dengan menggunakan nilai-nilai budaya asli Indonesia, sedangkan nilai-nilai barat diadopsi dan digunakan setelah melalui proses seleksi adaptif berdasarkan teori Trikon (kontinuitas, konvergensi dan konsentrisitas).

Sederhananya Ki Hajar Dewantara pandangannya tentang dasar-dasar pendidikan. KHD meyakini bahwa tujuan pendidikan adalah membimbing seluruh hakikat keberadaan anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dan secara teknis, filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan holistik, yang memungkinkan murid atau pelajar melalui proses-proses seperti pembelajaran yang berpusat pada murid dalam suasana kebahagiaan. demi menjadi insan yang berkembang secara keseluruhan berlandaskan rasio, olah rasa, olah jiwa dan olah raga. 

Semua pemikiran KH Dewantara, dalam konsep merdeka belajar (Among) terungkapkan melalui semboyannya yang sangat terkenal yakni. 

Ing Ngarso Sung Tulodo, Maknanya ketika seseorang menjadi pendidik maka ia harus mampu memberikan suri tauladan. 

Ing Madyo Mbangun Karso, Maknanya, seseorang walaupun berada ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. 

Tut Wuri Handayani, Maknanya, seseorang harus selalu memberikan dorongan moral dan semangat kerja meskipun dari belakang. 

Artinya sebagai seorang pendidik, di depan dengan memberi contoh, di tengah nmemberikan saran, serta yang dibelakang memberikan motivasi dan dukungan kepada siswa.


Demikianlah
Terimakasih

0 Response to "Konsep Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel