PUISI Wahai Bupatiku


Kekuasaan atas nama jabatan pemerintahan memang kerap kali membuat orang yang menggenggamnya lupa dan terlena dalam menjalaninya. Demikian kekuasaan baik maupun buruk tergantung orangnya. 

Dan bila kekuasaannya di salah gunakan maka tidak heran rakyatnya akan marah dan mulai berani mengekspresikan keresahannya dengan turun kejalan menuntut untuk diperhatikan, meminta perhatian atas diri mereka, menagih janji-janji politik seorang pemimpin. Seperti yang tertulis dalam sebuah puisi yang tertulis dibawah ini. 

Wahai Bupatiku
Karya: Awin Buton

Wahai Bupatiku
Rembulan semalam
Seindah wajahmu
Tapi gelap semalam pun
Seperti perangaimu
Itu menutupi hatimu
Menggelapkan tugasmu

Itu membuat kami kecewa
Berbulan-bulan menahan amarah
Emosi kami
Memang susah di kontrol
Jika melihat seorang pemimpin
Tidak menunjukkan rasa empatinya
Mengkebiri semua janjinya sendiri
Tega duduk tenang di singgasananya 
Congkak dengan jabatannya
Terbang kesana-sini
Katanya perjalanan dinas
Tapi keterangannya tak jelas
Tiba-tiba di hotel kelas atas
Selvi di restoran berkelas
Mengapa menjalani tanggungjawabmu
kau malas?

Bupati oh bupati, dimanakah empatimu? 
Terlalu sering kita lihat ketimpangan
Sementara kau canangkan rencana
Tapi hal-hal kecil masih jadi bencana
Jalanan yang rusak di sana
Jembatan patah di sana
Itu t'lah meraup 11 nyawa
Tapi kenapa diam saja
Bila di tanya mengenai jalan,ngeles, 
berlindung dibalik peraturan a,b,c,d
Jika didesak, ngeyel, melempar tugas 
pada dinas a, b, c, d
Dan ketika di beri tajam kritik, kita di 
tuduh pengganggu dan harus ditindak 
tegasMaksuuuuud? 

Bayangkan saat pilkada
Engkau berpidato
Wahai rakyatku, aku akan 
memperbaiki infrastruktur, agar 
ekonomi kalian bisa terangkat. 
Rakyat bertepuk tangan
Engkau tersenyum 
Rakyat yakin padamu
Kau yakin telah berhasil menipu

Sebab pada realitanya
Terjadi masalah infrastruktur
Kau menjawab itu jalan nasional, 
Itu bukan tanggung jawab saya, 
nanti saya koordinasi ke dinas ini 
ke dinas itu, nanti nanti dan pupus

Bupati oh Bupati dimanakah empatimu saat dibutuhkan, apakah sudah mati? 
Bupati oh bupati dimanakah dirimu 
Apakah sudah mati?? 

Bumi, 01 Mei 2023

Demikianlah puisi ini yang tertulis dan sudah dibacakan ketika demontrasi hari buruh teruntuk bupati yang selalu lupa dengan tugasnya. Semua itu karena kekecewaan dan kemarahan atas kelakuan pemimpin yang selalu memikirkan dirinya dan melupakan rakyatnya. 

0 Response to "PUISI Wahai Bupatiku"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel