Pemikiran Eksistensialisme Søren Aabye Kierkegaard

Soren Aabye Kierkegaard adalah seorang Filsuf, Teolog yang dikenal sebagai bapak Eksistensialisme pada abad ke-19. Dalam catatan sejarah Kierkegaard diketahui lahir di Kopenhagen, Denmark pada tanggal 5 Mei 1813 dan meninggal pada tanggal 11 November 1855.

Kierkegaard di terima di Universitas Kopenhagen sejak usia 17 tahun, sebuah awal yang melelahkan untuk studi pertamanya. Kierkegaard gemar membaca dan mencoba menggali berbagai pemikiran dan ide yang membuatnya bahagia, ia sangat menikmati kehidupan kampus, terutama film dan diskusi. Seiring berjalannya waktu, Kierkegaard menjadi populer karena aktivitasnya yang hebat, meskipun beberapa orang tidak menyukai idenya, yang terkadang dianggap kejam.

Setelah itu, Kierkegaard menghabiskan separuh hidupnya dalam keheningan, hidup sendirian dengan hanya satu pelayan dan tanpa teman dekat. Sebab seluruh waktunya dihabiskan untuk menuliskan ide-ide yang kemudian dikenal sebagai karya besarnya.

Argumentasi Eksistensialis Kierkegaard

Semasa hidupnya, Kierkegaard menganggap dirinya lebih kepada seorang religius daripada filosofis, karena ia tampak menjauhkan diri dari filsafat, namun kemudian Kierkegaard terkenal karena perannya dalam menjembatani kesenjangan yang ada dalam pemikiran Hegel. Dimana Kierkegaard menjadi kritikus Hegel dan menyatakan bahwa filsafatnya merupakan reaksi terhadap dialektika Hegel, yang kemudian menjadi pemikiran eksistensialnya.

Maka lewat karyanya itu, ia sering digambarkan sebagai eksistensialisme gerejawi dan psikologi eksistensial, karena banyak karyanya yang membahas isu-isu keagamaan seperti institusi gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, serta emosi dan perasaan individu ketika dihadapkan pada pilihan eksistensial.

Dalam eksistensialnya, Kierkegaard berpendapat bahwa: 

'Eksistensi manusia adalah eksistensi pilihan bebas, atau eksistensi manusia tidak statis, Bereksistensimelainkan manusia selalu bergerak menuju kemungkinan-kemungkinan yang ada'. Maka Kierkegaard mengatakan, manusia harus berani mewujudkan segala kemungkinan-kemungkinan.

Atau menurut Kierkegaard, 

" Bereksistensi berarti bertindak atau berperilaku sesuai pilihan sebagai individu yang Bereksistensi. Dimana Kierkegaard menekankan bahwa hidup bukan sekedar apa yang orang bayangkan, tapi sebagaimana yang dihayati".

Perbedaan pandangan Kierkegaard dan Sartre tentang eksistensialisme ialah, 

Kierkegaard percaya bahwa kepenuhan kodrat manusia terletak pada manusia yang hidup dalam Tuhan. Sedangkan Sartre percaya bahwa kita tidak membutuhkan Tuhan untuk mewujudkan kepenuhan kodrat manusia.

Nah, dalam gagasan eksistensialisnya Kierkegaard mengkontraskan dua dari tiga mode eksistensi yang dibedakan Kierkegaard dalam filsafat yaitu, Tahap estetika (aesthetic stage), Tahap etis (ethical stage), dan tahap Keagamaan (religious stage) dalam bukunya yang berjudul Either/Or 1843.

1.Tahap Estetika
Pada tahap ini orientasi hidup manusia sepenuhnya untuk memperoleh kebahagiaan. Misalnya naluri seksual, hedonisme, dan perilaku berbasis emosi. Mereka cenderung mencari kesenangan materi dan non materi, apapun sumbernya, untuk memuaskan hasratnya dan mengejar popularitas.

Karena keinginan manusia tidak terbatas, maka jika seseorang mencapai tahap ini, dia tidak akan pernah mengakhiri perjuangannya dengan perasaan. Hanya untuk memuaskan perasaannya sendiri, dia tidak memperhatikan aturan atau harapan hidup. Yang penting nafsu makan Anda terpuaskan. Kierkegaard sendiri dengan tegas mengatakan bahwa bagi orang seperti itu, jika tidak ingin memasuki tahap selanjutnya, yaitu tahap etika, pilihannya adalah bunuh diri.

2. Tahap Etis
Pada tahap ini, manusia mulai merangkul kebajikan moral dan memilih untuk berkomitmen pada kebajikan tersebut. Dia mulai memiliki kode etik yang menjadi pedoman hidupnya, dan hal itu terlihat jelas dalam tindakannya. Masih soal selera, tapi usahakan kuasai dengan logika, nalar, nalar, rasio atau apapun sebutannya. Fokusnya adalah pada pengendalian.

Perasaan dan gairahnya masih ada, namun disesuaikan dengan aturan hidupnya. Pernikahan misalnya, ada unsur kepuasan seksual, tapi ada tujuan lain juga. Mencari kekayaan lewat bisnis yang legal. Cobalah untuk mendapatkan popularitas melalui kerja keras dan kesabaran.

Pada tahap ini, manusia bisa menolak hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan hidupnya sendiri. Jika ragu, dia menggunakan kebijaksanaannya dan berpegang teguh pada pilihannya.

3. Tahap Keagamaan
Karena Kierkegaard adalah seorang teolog, tahap terakhirnya adalah realitas Tuhan. Pada tahap ini, logika akan dikalahkan oleh keyakinan subjektif. Atau yang sering di katakan iman.

Sebagaimana seseorang yang mengalami penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun secara ajaib hilang setelah anda percaya kepada Tuhan Atau ketika bencana menimpa kehidupan, Tuhan melakukan mukjizat untuk menyelamatkan, Semua pengalaman ini merupakan ekspresi iman yang tidak dapat dijelaskan dengan logika. Keberadaan Tuhan seringkali merupakan sebuah paradoks dalam setiap kepercayaan. 

Atas dasar karya-karyanya yang membahas isu-isu dalam keagamaan seperti gereja Kristen, teologi Kristen, serta emosi dan perasaan ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan eksistensial diatas. Maka Kierkegaard telah menginspirasi banyak filsuf terkenal di kemudian hari seperti, Martin Heidegger, Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, Albert Camus dan Wittgenstein adalah beberapa di antaranya. 

Demikianlah pembahasan tentang pemikiran eksistensialis Soren Aabye Kierkegaard yang merupakan Bapak Eksistensialisme. 

Terima kasih

0 Response to "Pemikiran Eksistensialisme Søren Aabye Kierkegaard"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel