5 Filsuf Utama Gerakan Postmodernisme


Pengantar and Pengertian

Postmodernisme adalah teori reformasi yang memahami kepercayaan terhadap kebenaran relatif, suatu pemahaman yang menolak asumsi tentang realitas, kebenaran, dan gagasan tentang universalisme intelektual yang semakin meluas di dunia manusia.

Postmodernisme berpendapat bahwa apa yang ditawarkan modernisme harus dirombak, dan juga harus dikaji terlebih dahulu. Bagi pemikiran postmodernis, mereka tidak melihat sains modern sebagai sesuatu yang universal.

Dengan kata lain, postmodernisme merupakan suatu gagasan yang menolak teori-teori dan ide-ide besar yang ditawarkan oleh para pemikir modernis awal. Perbedaan antara filsafat modernis dan filsafat postmodernis adalah pemikiran modernis berkisar pada pencarian kebenaran abstrak dalam kehidupan sedangkan pemikir postmodernis percaya bahwa tidak ada kebenaran universal.

Postmodernisme juga dikenal sebagai pembandingan bagi Poststrukturalisme
(Menurut Rossinau, 1992: 3) Perbedaan pada penganut postmodernisme yakni lebih fokus pada kritik budaya sehingga lebih luas cakupannya, sedangkan poststrukturalis lebih fokus pada metode dan persoalan epistemologis seperti dekonstruksi, bahasa, wacana, makna, tanda.

Maka tujuan dari postmodernisme dapat dikatakan menyerap ide-ide modernisme dengan melakukan kritik tajam, karena postmodernisme dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan sosial, termasuk permasalahan budaya, yang muncul dalam masyarakat.

Nah, dari segi usaha yang terarah dan beragam, tentunya ada beberapa ide dan tokoh yang mengawali gerakan postmodernisme. Para filsuf tersebut adalah, Jean-François Lyotard, Michel Foucault, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, Friedrich Jameson. Dibawah ini adalah pemikiran yang dikeluarkan oleh para pemikir Postmodernisme diatas. 

1. Jean-François Lyotard

Jean-François Lyotard adalah seorang tokoh gerakan pasca-strukturalis yang lahir di Versailles, Prancis pada tahun 1924 dan meninggal pada tahun 1998 pada usia 74 tahun setelah Perang Dunia II. Selain itu, Lyotard adalah salah satu filsuf gerakan postmodern yang paling terkenal dan penting, dan kedua karyanya telah membuatnya terkenal di Prancis dan luar negeri.

Melalui bukunya The Condition of Postmodernism dan The Difference yang mana kedua buku tersebut menjadi meja diskusi kegagalan teori modernis.

Lyotard menggambarkan kondisi postmodern dengan mendefinisikannya sebagai ketidakpercayaan terhadap narasi besar modernisme. Ada dua narasi besar berpengaruh yang digunakan untuk melegitimasi ilmu pengetahuan. Kedua meta-narasi tersebut adalah pembebasan subjek (lebih bersifat politis) dan dialektika spiritual (lebih bersifat spekulatif-filosofis).

Menurut Jean-Francois Lyotard tentang ilmu pengetahuan yang datang dari pandangan besar Modernisme seperti, kebebasan, kemajuan dan sebagainya telah mengalami permasalahan yang sama dengan masa abad pertengahan yang memunculkan istilah seperti, Religius, Nasionalis, Kebangsaan dan Keunggulan negara-negara Eropa untuk saat sekarang tidak dapat dipercayai kebenarannya lagi. 

Sebab pemikiran Lyotard terhadap ilmu pengetahuan postmodernisme bukanlah semata-mata menjadi alat untuk penguasa, melainkan ilmu pengetahuan postmodernisme memperluas kepekaan terhadap pandangan yang berbeda dan juga memperkuat kemampuan dalam bertoleransi atas pendirian yang tidak mau dibandingkan.
Maka dari dasar itu, postmodernisme menganjurkan agar suatu ilmu wajib diselidiki dan dibuktikan terlebih dahulu, sebelum diterima secara langsung kebenarannya.

2. Jacques Derrida

Jacques Derrida adalah seorang filsuf kontemporer Prancis yang lahir di Aljazair pada tanggal 15 Juli 1930 dan menghembuskan nafas terakhirnya di kota Paris, Prancis pada 8 Oktober 2004.

Derrida sendiri seorang filsuf yang hidup di era postmodernisme dimana pemikiran Derrida lahir ketika modernisme dan proyek pencerahan yang diusung para filsuf beraliran humanis sedang mengalami akut dan mendekati titik kehancuran. 

Derrida juga merupakan seorang filsuf yang dikenal karena pemikirannya tentang Dekonstruksi. Dekonstruksi secara etimologis memiliki makna seperti, mengurai, melepaskan dan membuka. 

Dimana dari pemikiran dekonstruksi yang nantinya menjadi salah satu kunci utama dalam postmodernisme yang akan memberikan sumbangsih perubahan mengenai teori-teori tentang pengetahuan dari Modernisme yang dianggap terlalu kaku dan kebenarannya dianggap tak bisa dibantah. 

Hal ini karena dalam aktivitasnya, Derrida selalu berupaya meneliti tentang teori-teori pengetahuan yang menurutnya dapat dibantah, dengan kata lain dapat membuat teori baru, asalkan teori baru sebagai premisnya tersebut dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dijelaskan.

Sedangkan postmodernisme dipahami Derrida sebagai gerakan akhir abad ke-20 yang ditandai dengan meluasnya skeptisisme, subjektivisme atau relativisme, ketidakpercayaan umum terhadap nalar, dan ketidakpercayaan terhadap peran ideologi dalam menegaskan dan mempertahankan kekuatan politik dan ekonomi yang sangat sensitif.

Derrida mengungkapkan kecenderungan pemikiran postmodern yang menolak gagasan bahwa segala sesuatu mempunyai makna mendasar yang tunggal. Tidak ada alasan tunggal, ada banyak alasan. Postmodernitas melibatkan fragmentasi, konflik dan diskontinuitas dalam hal sejarah, identitas dan budaya.

3.Paul Michel Foucault

Michel Foucault adalah seorang sejarawan, filsuf, ahli teori sosial, kritikus sastra, dan ahli bahasa yang dikenal sebagai filsuf postmodernis yang sangat menolak gagasan ilmiah universal.

Foucault lahir di Poitiers, Perancis pada tanggal 15 Oktober 1926, dan meninggal di Paris pada tanggal 25 Juni 1984 pada usia 57 tahun.
Menurut Dr Foucault, dalam pemikiran Foucault tentang modernisme, Ali Maksum, Michel Foucault menolak beberapa asumsi yaitu.

Pertama, pengetahuan tidak bersifat metafisik, apriori, atau universal, namun unik pada setiap waktu dan tempat.

Kedua, tidak ada pengetahuan yang dapat menangkap ciri-ciri objektif dunia, namun pengetahuan selalu mempunyai perspektif.

Ketiga, pengetahuan tidak dipandang sebagai pemahaman yang netral dan murni, namun selalu dikaitkan dengan rezim yang berkuasa.

Namun menurut Foucault, tidak ada perbedaan yang jelas dan tegas antara pemikiran modern dan postmodern. Dalam paradigma modern, kesadaran dan objektivitas merupakan dua unsur yang membentuk rasionalitas otonom. Namun bagi Foucault, pengetahuan bersifat subjektif.

4. Jean Baudrillard

Jean Baudrillard, ahli teori budaya, komentator politik, sosiolog, dan filsuf kontemporer, lahir di Reims, Perancis pada tanggal 27 Juli 1929, dan meninggal di Paris, Perancis pada tanggal 6 Maret 2007.

Selebihnya adalah Jean Baudrillard, seorang filsuf postmodernis yang memusatkan perhatiannya pada persoalan kebudayaan yang menurutnya telah berubah drastis hingga menjadi malapetaka. Karena baginya, Revolusi Kebudayaan menyebabkan massa menjadi lebih pasif dibandingkan aktif/memberontak seperti yang diramalkan sebagian besar pemikir Marxis.

Oleh karena itu, massa dipandang sebagai lubang hitam yang menyerap semua informasi, pesan, komunikasi, dan lain-lain yang berarti hingga menjadi tidak berarti. Hal ini karena massa mengikuti jalannya sendiri, mengabaikan upaya yang bertujuan memanipulasi mereka di tengah kekacauan, kelembaman, dan sikap apatis yang dimaksudkan untuk memahami dengan cara yang jenuh massa.

Jean Baudrillard melalui karyanya juga mampu memberikan kontribusi pada teori sosial postmodernis, yang menyatakan bahwa objek konsumsi adalah tatanan produksi, sehingga baginya masyarakat hidup dalam aktivitas yang disalahartikan karena masyarakat hidup dalam kondisi di mana mereka kehilangan. identitas dan identitas, yang ada dalam masyarakat kontemporer dikenal dengan kehidupan surealis.

5. Frederick Jameson

Pria ini lahir pada 14 April 1934 di Cleveland, Ohio, AS. Seorang kritikus utama sastra Marxis. Menurut Frederick Jameson, ada dua bentuk utama postmodernisme, mimesis dan skizofrenia.

Mimesis adalah peniruan gaya mati di mana kita kehilangan kemampuan untuk menempatkannya secara historis, dan skizofrenia adalah pengalaman material yang terpisah, terisolasi dan tidak mampu membentuk suatu rangkaian yang koheren.

Berbeda dengan para pemikir lainnya, cara berpikir Jameson juga tak kalah unik dan khas dalam wacana postmodernis. Analisisnya menunjukkan bahwa upaya besar telah dilakukan untuk merevitalisasi Marxisme dengan membangun sintesis antara wacana postmodernis dan Marxis.

Jameson memandang postmodernisme sebagai suatu keseluruhan sosial, budaya, ekonomi, politik dan sejarah, yang menandai fenomena sosial terkini sejak tahun 1950-an, munculnya struktur sosial baru, dan telah dibahas dalam berbagai diskusi akademis. (Daniel Bell), atau “masyarakat konsumen”, “masyarakat media”, “masyarakat informasi”, “masyarakat elektronik” dan seterusnya.


Demikianlah sebuah gerakan yang dikenal dengan sebutan Postmodernisme, atau bisa dikatakan sebagai alat baru untuk mengkritik
apa yang perlu dirubah di era modern. Gerakan ini pada masanya dianggap sebagai pengganggu kemapanan geraka modernisme, namun sekarang semua tampak sejalan dengan itu, dunia pengetahuan seakan kacau balau, dimana kita kehilangan nilai dari setiap yang kita pelajari, dimana semua hanya dilihat pada kebergunaan suatu ilmu itu. 

Sekian terimakasih. 

0 Response to "5 Filsuf Utama Gerakan Postmodernisme"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel