Kemiskinan dalam Pandangan Islam



Pengantar Realita Sosial

Kemiskinan adalah penyakit latin di setiap negara, dan bahkan telah dianggap penyakit alami yang menggerogoti suatu bangsa di muka bumi. Fenomena ini dilengkapi dengan proses globalisasi dalam teknologi saat ini yang semakin hari memanjakan manusia secara praktis, dan sekaligus juga membawa penderitaan yang tidak berkesudahan bagi semua orang.

Di era teknologi, kita seakan diantarkan pada tempat tidur yang nyenyak namun membuat kita lupa tentang problem bangsa kita. Semua realita itu menguatkan paradoks kemakmuran yang diusung negara semakin nyata, dan kesenjangan ekonomi semakin lebar serta angka kemiskinan semakin meninggi.

Semua potret kesenjangan itu dapat dilihat di desa-desa terpencil, dibalik kelapkelip lampu perkotaan, di bawah kolong jembatan. Hampir semua tempat kita melihat saudara-saudara kita tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan, dan kebutuhan pangan yang tidak tersediakan, kemiskinan merajalela dan kita terus-menerus ditindas oleh sistem ekonomi yang tidak manusiawi. Sehingga kita perlahan kita jauh dari kemakmuran. Padahal, kemiskinan berpotensi berbahaya, setiap saat bisa memunculkan berbagai bentuk kejahatan dan perilaku anti sosial.

Seperti yang kita ketahui, masyarakat yang miskin akan kesulitan mendapatkan pendidikan yang layak, sehingga secara otomatis kesulitan bersaing untuk mendapatkan pekerjaan ketimbang masyarakat kaya maupun berkecukupan. Artinya dengan sendirinya kondisi demikian meningkatkan angka pengangguran. 

Dari terbatasnya kesempatan kerja itu menyeret kita ke dalam lingkungan gelap dan menyebabkan meningkatnya tingkat kejahatan, yang lebih parahnya lagi pengangguran dan kemiskinan berujung pada pergaulan bebas, melahirkan praktek prostitusi, penggunaan narkoba dan akhirnya meningkatkan kasus HIV/AIDS sehingga hilangnya generasi atau yang disebut “the lost generation". 

Maka dari itu pengangguran dan kemiskinan adalah musuh setiap negara, setiap manusia, oleh karena itu pula pengangguran dan kemiskinan adalah musuh setiap agama. Karena pada dasarnya setiap agama selalu menjanjikan kebaikan hidup dengan mengutamakan kesejahteraan di setiap sisi kemanusiaan.

Secara struktural, kita mestinya sepakat bahwa pengangguran dan kemiskinan lebih disebabkan oleh ketidakadilan sosial, politik, ekonomi dan budaya. Di balik kemiskinan terdapat sistem hegemonik yang secara sadar melanggengkan itusemua. Ironisnya, masyarakat sendiri tidak menyadari fakta ini. 

Kapitalisme global memang bisa disebut sebagai penyebab utama kemiskinan. Namun di balik itu adalah pandangan dunia sosial dan cara berpikir yang salah dipengaruhi oleh sistem etika budaya agama.

Fasisme adalah wajah paling ikonik saat menggambarkan orang miskin. Mereka percaya bahwa kemiskinan adalah kehendak Tuhan dan karena itu harus diterima dengan rahmat. Ajaran agama yang mereka anut bukanlah ajaran inspiratif yang seharusnya. Sebaliknya, itu sering membenarkan kemiskinan mereka.

Kemiskinan dalam Pandangan Islam

Jika kita membaca teks dan sejarah agama-agama, kita akan menemukan satu variabel besar yakni, "semua agama hadir untuk menentang atau memerangi kemiskinan, keterbelakangan, ketertindasan, dan kebodohan". 

Hal ini dapat dilihat dalam catatan sejarah IsIam, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pembela mereka yang lemah (mustadh'afin). Dimana Nabi Muhammad SAW, menyerukan keadilan untuk menekan ketidaksetaraan, membangun penghalang persaudaraan secara universal, dan mengecilkan ruang bagi individualisme.

Lebih hebat dari itu, dalam catatan agama Islam semua Nabi yang diutus Tuhan ke muka bumi memiliki misi yang sama untuk merombak struktur sosial yang timpang dan membela Mustadafin, kaum proletar atau kaum lemah yang tertindas.

Dengan kata lain, menurut (Ziaul Haque, 1999). "Setiap Nabi dan Rasul adalah revolusioner dalam teori dan tindakan". Salah satu contoh ialah ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, sebuah tindakan revolusioner, beliau menyusun strategi untuk meraih kejayaan. Kecemerlangan manusia berasal dari keserakahan dan kesewenang-wenangan para kapitalis yang arogan di Mekkah kala itu. 

Oleh karena itu, pembelaan yang dilakukan IsIam kepada Mustadha'fin bukan berarti semata-mata hanya perlawanan atau pemberontakan. Agenda umat manusia saat ini adalah merekonstruksi bahkan mendekonstruksi pemahaman publik bahwa kemiskinan semestinya mendapatkan perhatian karena menyangkut tentang kesejahteraan hidup. Bila tidak diperjuangkan apa artinya kesalehan dalam ibadah dan kebajikan dalam tindakan.

Makna dan Kesimpulan Akhir

Nah maka secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam Islam, sejatinya tidak menganjurkan hidup miskin ataupun kaya, tetapi hiduplah secukupnya, carilah nafkah dengan cara yang baik, dan jika memiliki lebih gunakanlah kelebihan tersebut demi kemaslahatan umat. 

Sebaba IsIam menyadari bahwa terkadang kefakiran (kemiskinan) bisa menjadikan menuju kekufuran. Demikian pula kebodohan termasuk salah satu sebab kesesatan yang paling besar, bahkan tidak hanya sebatas potensi sesat diri namun bisa juga menyesatkan orang lain. 

Berangkat dari akibat yang ditimbulkan diatas, IsIam menganjurkan kepada setiap umatNya untuk terus berusaha dalam hidupnya, dan tidak lupa untuk terus berdoa. Selain itu IsIam pun menuntut pemangku jabatan untuk bersama-sama memerangi kemiskinan dan memerintahkan menegakkan keadilan,  melawan kezaliman dan tidak mengambil hak orang lain. 

Terlebih dari semua diatas, sebagai penenang IsIam berpendapat bahwa kemiskinan maupun kekayaan pada dasarnya merupakan ujian bagi seorang muslim. Dengan kata lain Miskin dan Kaya bukan ukuran seseorang mulia atau hina. Justru keduanya sama-sama merupakan cobaan dan ujian kepada seorang hamba. Dimana yang miskin di ujikan dengan kefakirannya dan yang kaya dengan kemewahannya, apakah ia dapat bersabar dengan kondisinya dan bermanfaat dengan hartanya. 

Mungkin dari kita bisa berkata bahwa kita telah sejahtera kok, kita bisa makan walaupun hidup sederhana, maka dapat kami sampaikan bahwa setiap kondisi orang berbeda, cara menyikapi pun berbeda, apalagi menanyakan apa yang ada didalam perasaan orang yang berada di posisi tersebut. Tentunya akan berbeda sehingga dengan itu tulisan ini dituliskan sebagai kritikan terhadap pemerintah dan penawar yang di hadirkan dalam pandangan IsIam terhadap bagaimana mereka kaum Mustad'afin harus bersikap. Demikianlah opini tentang bagaimana IsIam melihat fenomena pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi negara kita. 

0 Response to "Kemiskinan dalam Pandangan Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel