Filsafat Politik: Sejarah dan Esensi Politik
Bukankah telah dekat waktu kita untuk melaksanakan pemilihan umum? Bukankah itu akan terjadi di tahun 2024 kan? Sekarang sudahkah kita menyadari bahwa dalam layar-layar TV kita banyak figur yang sudah bermunculan? Bukankah itu menjadi pertanyaan apakah kita menggantikan orang lama atau mempertahankannya? Menurutku, pada dasarnya pemilihan umum akan terjadi transaksi kepentingan dan penyelenggaraan pemahaman politik secara teknis, dimana akan ada janji-janji yang mungkin ditepati mungkin juga tidak. Bila tidak, bukankah kita harus bertanya apa mereka tidak mengerti politik, ataukah mereka pura-pura untuk tidak mengerti?
Pada akhirnya untuk memahami dan mengkudeta ke-tidakberpihakan itu maka semestinya mereka dan kita harus paham akan politik itu sendiri, dari itulah ulasan tentang filsafat politik dibawa ini sebagai refleksi awal perkembangan politik dan melihat bagaimana esensi politik itu ditegaskan.
Nah, tahukah anda bila filsafat politik atau teori politik adalah cabang filsafat yang mempelajari topik-topik seperti politik, kebebasan, keadilan, hak milik, hak, hukum, pemerintahan dan penegakan otoritas. Tentunya anda sudah mengetahui apa itu filsafat, sehingga saya tidak harus menjelaskan lebih jauh lagi.
Dan selebihnya begini hubungan antara filsafat dan politik
Filsafat merupakan pedoman bagi manusia untuk menentukan sikap dan perilakunya dalam kehidupan. Ilmu politik berkaitan erat dengan filsafat politik, yaitu bagian filsafat yang berkaitan dengan kehidupan politik, terutama yang berkaitan dengan hakikat, asal-usul, dan nilai negara.
Berikut Interpretasi Filsafat Politik menurut Plato, Machiavelli, Agustinus, ketiga filsuf yang mewakili tiga era.
1. Plato
Filsafat politik berusaha membahas dan mendeskripsikan berbagai aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan negara. Ia mengemukakan gagasan tentang manusia yang baik dan negara yang baik, sekaligus mempertanyakan cara-cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan gagasan tersebut. Bagi Platon, manusia dan negara memiliki kesamaan esensial.
Oleh karena itu, jika orangnya baik, negaranya baik, dan jika orangnya jahat, negaranya baik. negara yang buruk. jika negara berarti buruk Orang juga jahat, artinya negara adalah cerminan dari manusia sebagai warga negaranya.
2. Machiavelli
Filsafat politik adalah ilmu yang menuntut
Pemikiran dan tindakan yang praktis dan konkrit, terutama yang berkaitan dengan negara. Baginya, negara harus menempati tempat utama dalam kehidupan penguasa. Negara harus menjadi standar aktivitas tertinggi bagi penguasa. Negara harus dilihat di dalam dirinya sendiri tanpa mengacu pada realitas apa pun di luar negara.
3. Agustinus
Filsafat politik adalah pemikiran tentang negara. Menurutnya, negara terbagi menjadi 2, yaitu “negara Allah (civitas dei) yang dikenal dengan kerajaan surga kerajaan Allah, dan negara sekuler yang dikenal dengan negara duniawi (civitas terrena). Kerajaan, hidup yang penuh dengan keimanan, ketaatan, dan cinta kepada Tuhan.
Sementara itu, dalam pandangannya, negara sekuler atau dunia setara dengan cinta diri atau cinta diri, ketidakjujuran, pemanjaan nafsu, kesombongan, dosa. , dll. Terlihat bahwa negara Tuhan Augustinian Filsafat politik adalah perwujudan negara
Selanjutnya adalah Sejarah Filsafat Politik, kita akan membaginya dalam tiga periodik, periode klasik, pertengahan, modern.
Pada periode klasik, mereka masih condong ke tokoh-tokoh sejarah seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, lalu konsep tentang kekuasaan, kedaulatan negara, dan hakikat hukum. Socrates lahir pada 470 SM, putra Sophroniscus, seorang tukang batu, dan Phanarites, seorang bidan.
Socrates adalah murid Achillaus, filsuf yang menggantikan Anaxagoras di Athena. Ajaran Socrates termasuk metode, etika, dan pemikiran politik. Plato tidak membatasi perhatiannya pada isu-isu etis seperti Socrates, melainkan memperluas minatnya ke bidang yang sangat luas, termasuk semua ilmu.
Dari sudut pandang epistemologis, pokok-pokok pemikiran Aristoteles meliputi logika, filsafat pengetahuan, filsafat manusia, metafisika dan etika, dan filsafat negara. Aristoteles mengilhami gagasannya ketika konsep pemerintahan negara-kota mulai runtuh di Athena. Pada saat itu, gagasan Helenistik kosmopolitan yang diprakarsai oleh Alexander Agung berlaku.
Aristoteles menekankan dalam politiknya bahwa harus ada jarak antara ruang privat dan publik, antara ruang politik dan non-politik. Karena pemikirannya tersebut, Plato akhirnya menjelaskan inti dari konsep kewarganegaraan yaitu konsep hak milik dan konsep komunitas politik, yang kemudian dikembangkan oleh John Locke di zaman modern.
Selanjutnya, sejarah filsafat politik dalam sejarah filsafat abad pertengahan Barat (476-1492 M) dapat dikatakan sebagai zaman kegelapan, karena gereja membatasi pemikiran para filosof sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan. Karena semuanya diatur oleh ajaran gereja berdasarkan iman.
Dalam perkembangan zaman modern, muncul beberapa filsuf seperti Thomas Hobbes dan John Locke. Pemikiran dasar Thomas Hobbes berakar pada empirisme. Dalam pandangannya, filsafat adalah ilmu konsekuensi berdasarkan fakta yang dapat diamati. Ia percaya bahwa filsafat sangat disusupi oleh pemikiran religius, dan objek filsafat adalah objek gerakan eksternal dengan karakteristiknya sendiri.
Oleh karena itu, ini berarti filsuf Yunani kuno Plato adalah cikal bakal filsuf politik Barat dan pada saat yang sama merupakan perwakilan utama dari pemikiran etis dan metafisik mereka. Pandangannya tentang bidang ini telah banyak dibaca selama lebih dari 2.300 tahun. Tidak diragukan lagi bahwa Plato diposisikan sebagai pencetus pemikiran Barat.
Nah yang utama dari tulisan ini adalah apa Esensi filsafat politik?
Filsafat politik merupakan cabang filsafat yang juga memiliki bagian utama dari ilmu politik. Dalam teori politik, maupun praktik politik. Tentang bagaimana seseorang dapat memahami secara radikal dan melakukan implementasi politik berdasarkan kenyakinan tentang keberadaan keadilan dalam perjuangan politiknya, sebabnya dasar dari lahirnya filsafat politik menurut Aristoteles 'politik adalah usaha yang ditempuh waega negara untuk mewujudkan kebaikan bersama'.
Dan dalam pandangan Abbassari, politik adalah alat pengontrol pembangunan dan harus mampu menempatkannya pada tempatnya. Menjadikan politik sebagai sarana pengelolaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk tujuan mulia kesejahteraan rakyat.
Sejalan dengan itu menurut Rocky Gerung, politik itu sendiri sebenarnya adalah masalah etika, karena pada awalnya politik adalah upaya mengantarkan keadilan.
Sayangnya sebagian dari para pemangku kekuasaan, pemegang jabatan, pelaksanaan kebijakan terkadang lupa peran utamanya sebagai seorang yang berpolitik yang seharusnya membaca apakah ada kemiskinan, kesenjangan kesempatan, apakah telah berlaku keadilan, kesejahteraan untuk rakyat?
Seperti ketika politik diterapkan pada praktik pembangunan negara di Yunani kuno, dimana terungkap dengan jelas sifat politik yang luhur, dimana aktivitas politisi mengatur masyarakatnya dengan baik sehingga semua kebijakan sebagian besar beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
0 Response to "Filsafat Politik: Sejarah dan Esensi Politik"
Post a Comment