Latar belakang Aliran Filsafat Positivisme


Pengertian dan Latar belakang lahirnya Filsafat Positivisme

Mengutip Wikipedia, "Positivisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar hanya berasal dari ilmu alam dan tidak berkaitan dengan metafisika ". Selebihnya, positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada dasar empiris.

Positivisme muncul pada abad ke 19 dengan dimotori oleh seorang sosiolog yang bernama, Auguste Comte, walaupun sebelum dari Comte pendiri pemikiran filsafat positivisme adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru sekaligus teman diskusi dari Auguste Comte (1798-1857 M).
Dan tokoh lain yang memberikan landasan utama aliran positivisme ialah Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873) adalah dua orang tokoh yang memberikan landasan teori fakta.

Lebih jauh dari itu, sebenarnya prinsip-prinsip filosofi tentang positivisme awalnya berangkat dari oleh seorang empiris Inggris yang bernama Francis Bacon (sekitar tahun depan 1600 M). Hingga pada abad ke-19 lahirlah pemikir filsafat yang disebut Positivisme yang diturunkan dari kata positif.

Mengapa menurut positivisme pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta?

Menurut Comte, dan juga para penganut aliran positivisme, ilmu pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta karena filsafat aliran positivisme menolak metafisisme. Karena menurut Auguste Comte, menanyakan hakekat benda-benda atau penyebab yang sebenarnya tidaklah mempunyai arti apapun.

Itulah kenapa positivisme menolak metafisik sebab positivisme adalah nyata, bukan khayalan. Iya menolak metafisika dan teologik dengan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak bisa melampaui fakta sehingga positivisme benar-benar menolak metafisika dan menerima adanya "das Ding an Sich" atau objek yang tidak dapat diselidiki.

Sebab dalam pandangan aliran filsafat Positivisme satu-satunya pengetahuan yang valid adalah fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Artinya positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.

Hal ini berangkat dari pemikiran Comte yang melihat fakta berbeda dengan nilai, fakta dapat dipisahkan dari nilai-nilai positivisme, ia hanya menerima pengetahuan faktual, fakta positif, yaitu fakta yang terlepas dari kesadaran individu.

Seperti yang teruraikan maka dapat disimpulkan bahwa positivisme bertujuan agar ilmu pengetahuan bebas nilai atau netral. Tujuan akhirnya adalah menghasilkan pengetahuan tanpa memperhatikan pengaruh pandangan politik, moral, atau nilai-nilai yang dipegang oleh yang terlibat dengan logika yang idealnya menghasilkan prinsip universal.

Tahap-tahap Perkembangan Manusia menurut Auguste Comte

Pada dasarnya Auguste Comte ingin memperluas jarak pandang dalam menilai sesuatu, maka Auguste Comte membungkusnya kedalam pemikiran yang disebut Teori Perkembangan Manusia, yang dibaginya menjadi tiga tahap atau lebih dikenal dengan The law of the three stages (hukum tiga tahap).

Tahap-tahap yang dikemukakan tidak hanya berlaku terhadap perkembangan masyarakat, tetapi berlaku juga terhadap perkembangan seorang individu. Sebagai perkembangan intelektual berdasarkan sejarah perkembangan jiwa manusia itu sendiri. yakni Tahap Teologis, lalu meningkat ketahap Metafisik, kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap Positif.

Tahap Teologis
Tahap ini adalah periode terlama dalam sejarah manusia, dimana kepercayaan fiktif masih kuat. Karena manusia meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia dikendalikan oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para dewa, roh atau Tuhan. Sehingga pada tahap ini sebagian besar pemikiran manusia cenderung irasional

Tahap Metafisik
Tahap ini merupakan tahap pergeseran cara berpikir abstraksi atau tahapan dimana manusia mulai menggunakan nalarnya meskipun belum sempurna. Dan di tahap metafisik manusia mulai berpikir bahwa suatu fenomena terjadi karena kehendak alam, tidak lagi berdasarkan dewa-dewi.

Tahap Positif
Tahap Positif atau riil adalah tahapan dimana manusia mulai dapat berpikir secara ilmiah atas dasar pengetahuan yang telah dikembangkan dan dicapainya melalui proses pengamatan, percobaan dan perbandingan secara nyata. Tahap inilah yang disimpulkan sebagai tahapan tertinggi dalam sejarah, sehingga baik masyarakat maupun individu seyogyanya melihat sesuatu harus melalui kacamata positivisme.

Tahapan inilah yang menurut Auguste Comte memahamkan kita bahwa kebenaran semestinya dicapai oleh tahap yang lebih rasional, bukan hanya berlandaskan sesuatu yang fiktif maupun tidak hanya pada batasan abstraksi.

Dan dari pengertian inilah berkembanglah positivisme yang disebut-sebut aliran yang berhasil mendamaikan kemelut panjang dari aliran empirisme dan rasionalisme dalam dunia filsafat dalam beberapa abad.

Nah berangkat dari itu semua maka positivisme sepatutnya di pelajari oleh sebagian besar dari masyarakat maupun individu yang ingin mencapai kebenaran berdasarkan fakta-fakta. 

Terimakasih 


0 Response to "Latar belakang Aliran Filsafat Positivisme"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel