Apakah Wanita Boleh Belajar Filsafat ?

Pertanyaan seperti di atas, bagi sebagian dari kita merupakan pertanyaan yang aneh dan agaknya terkesan katro setelah era modern sampai kontemporer sekarang, namun tahukah kita bahwa ternyata sebagian besar orang masih berkutat pada persoalan dan penjelasan dari pertanyaan seperti di atas. Terlebih pada sebagian besar kaca mata masyarakat Indonesia secara khusus. 

Dan itu terbilang wajar, karena pada dasarnya masyarakat Indonesia mengenal ilmu filsafat sebagai hal yang baru, dan tidak kurang dari masyarakat menganggap filsafat ialah Ilmu yang penuh dengan kerumitan dan terkesan menyesatkan bagi siapa yang mendalaminya. Akibat dari cara pandang yang lahir dari dorongan aspek sosial yang bertali pengikat budaya dan tradisi ini, hingga pada akhirnya melahirkan suatu kesimpulan bahwa filsafat sendiri bukanlah ilmu yang secara universal menyatu dengan sosial budaya masyarakat Indonesia. 

Baru di era kontemporer lah terjadi pengkajian kembali unsur-unsur kehidupan sosial masyarakat Indonesia dan budayanya, yang menghasilkan pandangan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia (sosial, budaya) berangkat dari struktur filsafat, hanya secara teknis memiliki penamaan dan pengucapan yang berjalan lurus dengan tradisi leluhur.

Nah, bagaimana dengan pandangan bahwa bolehkah wanita belajar filsafat ??

Ya, wanita boleh belajar filsafat, jawaban yang jelas menunjukkan bahwa siapa saja boleh berfilsafat termasuk perempuan. Karena di era kontemporer filsafat di nisbahkan sebagai ilmu yang bersifat universal tidak memandang gender atau latar belakang seseorang. 
Semua pernyataan ini, dapat dibuktikan dengan adanya beberapa filsuf perempuan yang memiliki pemikiran dan gagasan dalam bidang Sosial, Agama, maupun Sains yang mempengaruhi cara pandang dunia.
 
Nah berikut wanita-wanita hebat di Indonesia yang mendalami Filsafat dan kemudian di kenal sebagai Filsuf dan juga Feminis.

Aminah Wadud (1952-sekarang)

Anda tentu pernah mendengar nama Aminah Wadud, Seorang Filsuf Muslim Perempuan dan juga Feminis yang membicarakan Agama dalam konteks kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan yang ada di dalam Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam di dunia. Dengan menulis buku yang berjudul Qur'an and Woman, yang dimana membahas tentang kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam tradisi tafsir, utamanya tafsir Al-Qur'an sebagai kitab suci Kaum Muslim.

Dimana Aminah Wadud mencoba berkonsentrasi melakukan reinterpretasi Al-Qur'an melalui tawarannya metode modern dengan pendekatan kontekstual yakni sesuai dengan perubahan sosial masyarakat yang layak diterapkan.

Simone de Beauvoir (1908-1986)

Pada tahun 1908 lahir seorang anak perempuan yang dikemudian harinya dikenal dengan nama besar yakni, Simone de Beauvoir yang merupakan seorang Penulis, Pengarang Novel, Otobiografi, Biografi, Esay dalam topik Politik dan Ilmu Sosial. Meskipun dirinya tidak beranggapan bahwa dirinya seorang filsuf seperti Annah Arendt, namun Simone de Beauvoir memiliki kontribusi yang begitu besar dalam Eksistensialisme Feminis dan Teori Feminis.

Philippa Foot (1920-2010)

Philippa Ruth Foot atau lebih dikenal Philippa Foot, adalah seorang Filsuf Inggris yang terkenal sebagai orang yang memiliki karya dibidang Etika, dan menjadi salah satu pelopor berdirinya Etika Moralitas Kontemporer. Philippa Foot lahir pada 3 Oktober 1920 dan meninggal pada tanggal 3 Oktober 2010 dalam usia yang sudah sangat tua, yakni 90 tahun.

Karya-karyanya yang diterbitkan pada sekitar tahun 1950-1960, di interpretasikan oleh sebagian pemikir lainnya sebagai upaya untuk memodernisasi pemikiran dan teori dari Etika Aristoteles yang disesuaikan dengan pandangan-pandangan dunia kontemporer. 

Maka dengan begitu Teori Aristoteles itu dapat bersaing dengan teori-teori populer yang muncul di era modern seperti, Etika Deontologis yang dikemukakan oleh Immanuel Kant dan Utilitarian dari Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart Mill.

Rosa Luxemburg (1871-1919)

Rosa Luxemburg terlahir sebagai orang Yahudi asal Polandia pada 5 Maret 1871, yang kemudian naturalisasi menjadi warga negara Jerman. Rosa Luxemburg wanita yang dikenal sebagai seorang Filsuf, Ekonom, Marxian, Aktivis Anti Perang dan Sosialis Revolusioner. 

Dalam dunia Filsafat Politiknya, Rosa Luxemburg dikenal sebagai tokoh yang mengandalkan The Dialektika dari Spontanitas Revolusioner dan Organisasi menjadi kelebihan utamanya, karena Spontanitas adalah pendekatan akar rumput untuk mengatur dan mengorganisir upaya perjuangan kelas.

Dimana Rosa Luxemburg berpendapat bahwa Spontanitas Revolusioner dan Organisasi, bukanlah kegiatan yang dapat terpisahkan atau dipisahkan dalam setiap momen yang berbeda dari satu proses politik, sebab satu tidak ada tanpa yang lain.


Dr. Karlina Rohima Supelli (1958-sekarang)

Filsuf wanita Indonesia salah satunya ialah Karlina Supelli, di Indonesia ia diakui sebagai seorang Filsuf dan Astronomer wanita pertama asal Indonesia yang lahir di Jakarta 15 Januari 1958. Karlina Supelli memiliki minat besar terhadap bidang ilmu Fisika, Matematika dan Metafisika. Hal ini terlihat pada pilihan dirinya untuk menempuh pendidikan sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1981. 

Selain itu Karlina Supelli juga merupakan lulusan dari beberapa Universitas yakni, University College of London, Inggris. dalam bidang Space Science (MSC, 1989), University College of London, Inggris. Program Doktor, Studi Filsafat Program Pascasarjana Universitas Indonesia, S2 di tahun 1992 dan terakhir Studi S3 di bidang Ilmu Filsafat di Universitas Indonesia tahun 1997. dengan disertasi yang berjudul 'Wajah-Wajah Alam Semesta: suatu kosmologis empiris konstruktif'.

Disisi lain Karlina Supelli juga merupakan seorang pegiat akan isu-isu kemanusiaan. Dimana di 19 Februari tahun 1998, ia turut mengambil andil dalam demonstrasi bersama Aktivis Suara Ibu Peduli di bundaran HI dengan tuntutan aksi yaitu menuntut turunnya Harga Susu.

Demonstrasi yang dilakukan ini membuat dirinya dan kedua koleganya, Gadis Arivia dan Wilarsih, di tuduh dengan tuduhan melanggar ketertiban umum dan didakwa dengan pasal 510 KUHP yang berbunyi, Diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah. 

Dr. Dra. Gadis Arivia Effendi MA (1964-sekarang)

Gadis Arivia atau Gadis sapaan akrabnya adalah seorang Filsuf, Aktivis Gerakan Perempuan atau Feminis, Doktor Filsafat Indonesia dan salah satu pendiri Yayasan Jurnal Perempuan. Gadis Arivia lahir di New Delhi India tepatnya 8 September 1964.
Pada tahun 1996 Gadis Arivia bersama dengan Toety Heraty dan Asikin Arif mendirikan lembaga yang dinamai Yayasan Jurnal Perempuan sebagai langkah inisiatif untuk menerbitkan Jurnal Perempuan yang bertujuan untuk meningkatkan bahan perkuliahan paradigma Feminisme di Fakultas Filsafat Universitas Indonesia.

Dan puncak dimana seorang Gadis Arivia dikenal oleh sebagian besar orang Indonesia. Ketika saat peristiwa penangkapan dirinya saat berdemonstrasi bersama puluhan ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Gerakan 'Suara Ibu Peduli' yang menyuarakan tentang isu kelangkaan susu bayi di Bundaran Hotel Indonesia, pada Februari 1998.

Sekarang Gadis Arivia masih berkegiatan sebagai Dosen Studi Feminis dan Filsafat Kontemporer di Universitas Gadjah dan masih aktif mengisi materi di Yayasan Jurnal Perempuan yang di dirikannya.

Nah inilah secuil pembuktian dari sebagian banyak wanita yang benar-benar belajar filsafat dan mengaplikasikannya dalam bentuk karya tulis (buku) yang kini dengan mudah banyak kita temui di berbagai platform penjualan di Indonesia. Maka siapapun atau wanita manapun yang bertanya dan kebingungan untuk menempatkan dirinya untuk belajar filsafat anda telah menemukan jawabannya, jadi jangan ragu-ragu untuk belajar filsafat..

Terimakasih

0 Response to "Apakah Wanita Boleh Belajar Filsafat ?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel