Kumpulan Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali


Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali ath-Thusi ash-Syafi'i atau lebih dikenal dengan nama Ansar Al-Ghazali, salah seorang penganut tasawuf, juga merupakan Mujaddi pada masa abad ke-5 Hijriah. Sebagai ulama besar di bidang agama, ia juga merupakan salah satu ulama terpenting dalam seluruh sejarah pemikiran keagamaan. Ia juga dikenal sebagai Filsuf dan Teolog Persia-Muslim. Berbagai tulisan Imam al-Ghazali tentang Islam mendunia dan sangat bermanfaat bagi banyak umat Islam di berbagai negara.

Kecenderungannya terhadap tasawuf didasarkan pada pembagian hidupnya menjadi dua jalan hidup. Sebagai seorang pemuda, ia mengejar ilmu dengan penuh semangat hingga akhirnya menjadi guru di Universitas Nizamiya dan mempelajari tasawuf dan tasawuf di tahun-tahun terakhirnya.

Pandangan Al-Ghazali Tentang 
Tasawuf

Setelah mengalami pengembaraan mencari kebenaran, Al-Ghazali akhirnya memilih jalan tasawuf. Menurut Ansari tasawuf diartikan sebagai keikhlasan kepada Allah dan pergaulan yang baik dengan sesama manusia. Tasawuf terdiri dari dua unsur. Pertama, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia. Kedua, hubungan dibangun atas dasar moral.

Puncak atau tujuan tasawuf bagi Al-Ghazali adalah al-qurb (mendekatkan diri kepada Allah), atau pada bagian lain tulisannya al-fana' bi al-kulliyat fi Allah (penuh fana' dihadapan Allah) .

Terakhir, beberapa pokok ajaran tasawuf yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali adalah. Tauhid, makhafah, mahabbah dan ma'rifat. Dari ajaran fundamental tersebut muncul konsep taubah, shabr, asketisme, tawakkal dan ridla.

Imam Al-Ghazali mempertimbangkan fungsi akal dan hubungannya dengan akal, seperti yang diketahui bahwa Imam Al-Ghazali sangat menghargai akal, khususnya perolehan ilmu melalui akal, tidak hanya dalam penalaran atau proses berpikir, tetapi dalam kemampuannya untuk mengembangkan segala macam ilmu dari satu atau beberapa ilmu tersebut.

Selanjutnya apakah akal sama dengan hati? Nah, meskipun akal dan hati adalah entitas yang sama, kedua istilah ini memiliki karakteristik yang membedakannya satu sama lain. Hati juga menerima kebenaran, tetapi dalam hal-hal rohani, sedangkan akal terbatas dalam hal-hal intelektual.

Oleh karena itu, menurut Imam Al-Ghazali, hubungan akal dengan akal adalah akal dan akal tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebagaimana zat ini tidak dapat dipisahkan dari zat lainnya.

Pandangan Al-Ghazali tentang 
Hakikat dan Tujuan Pendidikan

Dalam buku “Ihya ‘Ulum Ad-Din”, Ansari dengan jelas menyatakan dua hal penting sebagai arah pendidikan secara keseluruhan:
Pertama, untuk mencapai kesempurnaan manusia, secara kualitatif mendekatkan diri kepada Allah SWT
Kedua, untuk mencapai kesempurnaan manusia demi kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Al-Ghazali berkeyakinan bahwa tujuan pendidikan adalah menekankan bahwa tugas pendidikan untuk mencapai tujuan agama dan akhlak, dimana kebajikan dan taqarrub merupakan tujuan pendidikan yang paling utama dari Allah. Pendidikan adalah pembentukan manusia seutuhnya di dunia ini dan di dunia yang akan datang.

Dalam konteks ini, Al-Ghazali juga memposisikan ilmu agama Islam sama dengan pendidikan umum. Dimana menurut Al-Ghazali, pendidikan Islam adalah pendidikan yang berusaha membentuk manusia seutuhnya di dunia dan di kehidupan selanjutnya. Al-Ghazali berkeyakinan bahwa jika manusia ingin mencari ilmu kemudian mengamalkan pengetahuan (Fadhila) melalui apa yang dipelajarinya, maka ia pun dapat mencapai kesempurnaan.

Keutamaan Dalam Mencari Ilmu Menurut Al-Ghazali

Menurut Imam al-Ghazali, mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, laki-laki atau perempuan. Ia meyakini bahwa mencari ilmu adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mewujudkan kesempurnaan iman.

Dan dalam perihal belajar, Al-Ghazali berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses jiwa agar memahami makna sesuatu sebagai pembentukan akhlak demi mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencapai keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak nanti. 


Kedudukan Guru Menurut Imam Al-Ghazali 

Dalam pandangan Al-Ghazali, ia percaya bahwa seorang guru adalah orang yang berilmu, baik hati, menyebarkan ilmu, memberi manfaat bagi generasi mendatang, dan menunjukkan cara untuk mendekati Allah.

Penyakit-Penyakit Hati Menurut 
Imam Al-Ghazali 

Imam Abu Hamid Al-Ghazali Rahimahullah menyebutkan beberapa jenis penyakit liver dalam kitabnya Ihya''Ulumudin. Ini termasuk al-kibr (kesombongan), al-'ujb (kesombongan), ar-riya' (pamer amal) dan an-nifaq (kemunafikan).

Pandangan Imam Al-Ghazali Tentang Spiritualitas (ruh) 

Dalam pandangan Al-Ghazali mengenai ruh yaitu sebagai entitas spiritual, al qudrah aldivineyyah (kekuatan ilahi) dalam pandangan Ghazali tercipta dari alam urusan Tuhan ('alam al'amr) dan bukan dari alam ciptaan yang diciptakan ('alam al khalq). Dengan cara ini tidak bersifat fisik dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Nah, demikianlah kumpulan pendapat dan pemikiran yang kami kumpulkan hingga kemudian di publish dengan cara paling sederhana yang bisa kami lakukan semoga dapat membantu segala keperluan teman-teman pembaca. 


0 Response to "Kumpulan Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel